NEWS TANGERANG– Pernah denger atau bahkan sering banget denger kalimat "Sebaik-baik perkara adalah yang pertengahan"? Kalimat ini sering banget kita denger sebagai nasihat bijak, bahkan kadang dianggap sebagai hadis Nabi Muhammad SAW. Tapi, tunggu dulu! Bener gak sih ini sabda Nabi? Yuk, kita bedah faktanya biar gak salah paham!
Hadis atau Bukan? Ini Kata Ulama!
Biar gak simpang siur, kita langsung denger aja yuk penjelasan dari para ulama. Ternyata, setelah diteliti lebih dalam, hadis dengan redaksi "Sebaik-baik perkara adalah yang pertengahan" itu gak sahih alias gak bener-bener berasal dari Rasulullah SAW.
Jadi, jangan langsung percaya mentah-mentah ya, guys!
Asal-Usul Kalimat Bijak Ini
Terus, kalau bukan hadis, dari mana dong asal kalimat ini? Menurut para ahli hadis, kalimat ini sebenarnya adalah perkataan para ahli hikmah. Jadi, semacam nasihat bijak yang udah lama beredar di kalangan masyarakat.
Ibnu Abdil Barr, seorang ulama besar, juga udah nyebutin hal ini dalam kitabnya, Al-Istidzkar. Jadi, udah jelas ya, guys!
Penjelasan Lebih Detail dari Al-Hafizh Al-Iraqi
Al-Hafizh Al-Iraqi, seorang ahli hadis lainnya, juga memberikan penjelasan tambahan. Beliau bilang kalau hadis ini diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman, tapi sanadnya mu’dhal alias terputus. Artinya, ada mata rantai periwayatan yang hilang, sehingga hadisnya jadi gak kuat.
Pendapat As-Sakhawi dalam Al-Maqashid Al-Hasanah
As-Sakhawi juga ikut memberikan pandangannya dalam kitab Al-Maqashid Al-Hasanah. Beliau menyebutkan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh As-Sam’ani dalam Dzail Tarikh Baghdad dengan sanad yang majhul alias gak dikenal. Selain itu, ada juga riwayat dari Ibnu Jarir dalam tafsirnya yang menyebutkan bahwa kalimat ini adalah perkataan Mutharrif bin Abdullah dan Yazid bin Murrah Al-Ju’fi.
Intinya Gimana, Nih?
Jadi, kesimpulannya, kalimat "Sebaik-baik perkara adalah yang pertengahan" itu bukan hadis sahih dari Nabi Muhammad SAW. Kalimat ini adalah perkataan para ahli hikmah yang mengandung nasihat bijak.
Kenapa Kalimat Ini Tetap Penting?
Meskipun bukan hadis, bukan berarti kalimat ini gak penting ya, guys! Nasihat untuk bersikap pertengahan itu tetap relevan banget dalam kehidupan kita sehari-hari.
Bersikap pertengahan itu artinya gak berlebihan dalam segala hal. Gak terlalu boros, tapi juga gak pelit. Gak terlalu keras, tapi juga gak terlalu lembek. Dengan bersikap pertengahan, hidup kita jadi lebih seimbang dan harmonis.
Maksud Pertengahan (Wasathiyyah) dalam Beragama
Dalam konteks beragama, bersikap pertengahan atau wasathiyyah itu penting banget. Kita gak boleh terlalu ekstrem dalam beragama, tapi juga gak boleh terlalu meremehkan. Kita harus menjalankan ajaran agama dengan seimbang, sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah.
Jadi, Apa yang Harus Kita Lakukan?
Sebagai anak muda yang kritis dan cerdas, kita harus selalu hati-hati dalam menerima informasi, apalagi yang berkaitan dengan agama. Jangan langsung percaya begitu aja sama sesuatu yang kita denger atau baca. Selalu cek dan ricek kebenarannya dari sumber yang terpercaya.
Tips Cerdas Menerima Informasi:
- Cari Sumber Terpercaya: Pastikan informasi yang kamu dapat berasal dari sumber yang kredibel, seperti ulama, ahli hadis, atau situs-situs Islam yang terpercaya.
- Jangan Mudah Percaya: Jangan langsung percaya sama semua yang kamu denger atau baca. Selalu kritis dan pertanyakan kebenarannya.
- Tabayyun: Kalau ada informasi yang meragukan, jangan langsung disebarin. Cari tahu dulu kebenarannya.
Dengan begitu, kita bisa terhindar dari kesalahpahaman dan informasi yang menyesatkan.
Dilansir dari situs islamweb.net, penting untuk selalu mencari kebenaran dan bersikap hati-hati dalam menerima informasi, terutama yang berkaitan dengan agama.
Penulis: Tita Yunita
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: September 29, 2025