Seedbacklink affiliate
Religi  

Hibah: Boleh Gak Sih Ditarik Balik? Ini Kata Islam!

Sepatu olahraga biru dalam tas serut, ilustrasi barang yang diberikan.
Hibah: pemberian yang tak bisa ditarik begitu saja? Simak kajiannya.
banner 120x600

NEWS TANGERANGHibah dalam Islam itu keren, guys! Selain jadi cara buat berbagi rezeki, hibah juga bisa mempererat tali persaudaraan. Tapi, pernah gak sih kepikiran, gimana kalau yang udah ngasih hibah tiba-tiba pengen narik lagi? Nah, loh!

Biasanya sih, ada aja alasannya. Mungkin lagi butuh duit mendesak, ngerasa gak adil sama anak-anaknya, atau karena hubungan sosialnya udah berubah. Pertanyaannya, boleh gak sih narik hibah dalam Islam? Atau harus ikhlas ngelepasin hak kepemilikan yang udah dikasih?

Masalah ini penting banget buat dibahas, karena nyangkut dua hal utama. Pertama, pentingnya nepatin janji yang udah diucapin pas akad hibah. Kedua, mastiin keadilan dalam keluarga dan masyarakat.

Kalau hibah gampang ditarik seenaknya, bisa bikin gak pasti dan malah nimbulin masalah baru. Tapi, ada juga kondisi tertentu yang bikin narik hibah jadi pertimbangan. Makanya, para ulama dari empat mazhab besar udah ngasih penjelasan rinci biar kita gak bingung.

Hukum Menarik Hibah Menurut 4 Mazhab

Syekh Wahbah Az-Zuhaily dalam kitabnya, Al-Fiqhu Al-Islami, udah ngerangkum pendapat para ulama mazhab soal ini. Yuk, kita simak!

Mazhab Hanafi: Boleh Tarik Balik!

Menurut ulama Mazhab Hanafi, hak kepemilikan orang yang udah dikasih hibah itu gak mengikat. Jadi, yang ngasih boleh narik lagi pemberiannya dan batalin hibahnya.

Dasarnya dari sabda Nabi Muhammad SAW (yang sebenarnya perkataan Umar bin Khattab RA), "Pemberi hibah lebih berhak terhadap hibah yang dia berikan selama orang yang diberi belum membalasnya." Maksudnya, selama belum ada timbal balik dari yang dikasih, si pemberi masih punya hak.

Jadi, selama belum ada balasan, yang ngasih boleh ngambil lagi, meskipun barangnya udah diterima atau dipake sama yang dikasih. Tapi, tetep aja ya, sebaiknya diomongin baik-baik biar gak ada yang sakit hati.

Mayoritas Ulama: Akad Hibah Mengikat!

Nah, kalau mayoritas ulama punya pendapat lain. Mereka bilang, akad hibah itu mengikat, kecuali pemberian dari ayah ke anaknya. Jadi, seorang ayah boleh narik lagi pemberiannya sebelum si anak nerima atau make pemberian itu.

Dasarnya dari hadis Nabi Muhammad SAW, "Orang yang mengambil kembali pemberiannya seperti orang yang memakan kembali muntahannya." Ngeri banget kan perumpamaannya?

Nabi juga bersabda, "Kita tidak memiliki permisalan dan perumpamaan yang buruk, orang yang mengambil kembali pemberiannya seperti anjing yang memakan kembali muntahannya." Ini nunjukkin betapa buruknya perbuatan narik hibah.

Ada lagi hadis Nabi yang bilang, "Tidak halal bagi seseorang memberi pemberian, lalu menariknya kembali, kecuali orang tua terhadap apa yang dia berikan kepada anaknya. Perumpamaan orang yang memberi pemberian lalu menariknya kembali adalah seperti anjing yang makan hingga kenyang, lalu muntah, kemudian kembali menjilat muntahannya."

Pengecualian untuk Orang Tua

Tapi, ada pengecualian nih buat orang tua. Orang tua boleh narik hibah ke anaknya kalau gak ngasih bagian yang sama ke semua anaknya. Ini buat ngejaga keadilan, biar gak ada anak yang ngerasa dianak tirikan.

Meskipun mayoritas ulama bilang akad hibah itu mengikat kecuali hibah dari orang tua ke anaknya, tetep aja ada perbedaan pendapat soal penerapannya.

Dalam mazhab Maliki, orang tua boleh narik hibahnya sebelum diterima. Sementara dalam mazhab Syafi’i dan Hanbali, orang tua boleh narik hibahnya bahkan setelah diterima. Bahkan, menurut mazhab Syafi’i, hak ini berlaku mutlak dalam setiap hibah yang diberikan dari jalur atas (orang tua dan kakek) ke cabang (anak).

Mazhab Maliki juga punya lima syarat sahnya penarikan hibah dari ayah ke anaknya:

  1. Anak belum nikah setelah dikasih hibah.
  2. Setelah dikasih hibah, dia gak punya utang.
  3. Pemberiannya gak berubah dari kondisi awal.
  4. Anak gak ngelakuin tindakan hukum terhadap barang yang dikasih.
  5. Pemberi atau anak gak sakit.

Kalau salah satu dari lima hal ini terjadi, ayah gak boleh narik lagi pemberiannya.

Jadi, Kesimpulannya Gimana?

Hibah itu buat nambah kasih sayang dan cinta. Tapi, kalau hibahnya murni buat Allah SWT (sedekah), ya gak boleh ditarik lagi sama sekali. Yang ngasih juga sebaiknya gak ngambil lagi pemberiannya, meskipun dengan cara dibeli atau cara lain.

Kalau pemberiannya berupa pohon, dia gak boleh makan buahnya. Kalau pemberiannya berupa hewan tunggangan, dia gak boleh nungganginnya, kecuali kalau balik lagi ke dia karena warisan.

Dari penjelasan para ulama empat mazhab, kita jadi ngerti kalau narik hibah itu bukan perkara sepele. Apalagi ada hadis Nabi yang nyela perbuatan itu.

Syekh Bin Baz rahimahullah pernah ditanya soal ini, terus beliau jawab, "Hukum (perbuatan menarik hibah) bagi pelakunya adalah berdosa, dan dia harus bertobat dari itu, serta mengembalikan kembali hibah itu kepada penerimanya."

Intinya, hibah yang udah dikasih itu sebaiknya jangan ditarik lagi. Islam ngajarin kita buat nepatin janji dan ikhlas dalam memberi. Tapi, syariat juga ngasih kelonggaran dalam kondisi tertentu, terutama buat orang tua ke anaknya, demi ngejaga keadilan dan keharmonisan keluarga.

Dengan ngerti aturan ini, kita bisa lebih bijak dalam ngasih hibah. Sebelum ngasih sesuatu, sebaiknya dipikirin mateng-mateng biar gak nyesel di kemudian hari. Dan kalau emang ada kebutuhan buat narik hibah, harus diperhatiin syarat-syarat yang udah ditetapin ulama biar sesuai sama ajaran Islam. Biar hibah bener-bener jadi amal kebaikan yang bawa berkah, bukan malah jadi sumber masalah atau perselisihan.

Wallahu a’lam bisshawaab

[Bersambung]

Penulis: Tita Yunita

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: September 29, 2025

Promo Akad Nikah Makeup