Seedbacklink affiliate

Wabup Tangerang Blak-blakan Soal Stunting: Turun Langsung ke Lapangan, Hasilnya Bikin Kaget!

Sosialisasi stunting di Kab. Tangerang, seorang pria bicara di depan ibu-ibu.
Sosialisasi program P3S di Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang.
banner 120x600

NEWS TANGERANG– Pemerintah Kabupaten Tangerang memang lagi serius banget nih buat ngejar target penurunan angka stunting. Ini bukan cuma soal angka, tapi juga masa depan generasi muda. Enggak main-main, Wakil Bupati (Wabup) Tangerang, Intan Nurul Hikmah, yang juga menjabat Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Tangerang, sampai turun langsung ke lapangan.

Kamis lalu, Wabup Intan terlihat memonitor pelaksanaan Program Percepatan Penurunan Stunting (P3S) di Kecamatan Pagedangan. Kunjungan ini adalah bagian dari upaya berkelanjutan Pemkab Tangerang untuk memastikan setiap program berjalan efektif dan menyentuh langsung masyarakat yang membutuhkan.

Misi Khusus Wabup Intan: Pantau Langsung ke Akar Masalah

Momen monitoring ini jadi ajang penting buat mencocokkan data capaian di lapangan dengan laporan yang ada. Wabup Intan juga memberikan arahan langsung agar target penurunan stunting bisa tercapai secara maksimal. Tujuannya jelas: Tangerang bebas stunting, bahkan kalau bisa mencapai "Zero Stunting" alias nol kasus.

"Selaku Ketua TPPS Kabupaten Tangerang, merupakan kewajiban saya harus ikut turun memberikan arahan kepada bapak dan ibu semua supaya target pencapaian penurunan stunting di Kabupaten Tangerang dari tahun ke tahun ini bisa tercapai, syukur bisa Zero Stunting," tegas Wabup Intan, dilansir dari situs resmi Pemkab Tangerang. Targetnya ambisius, tapi bukan mustahil jika semua pihak bergerak bersama.

Tren Positif Stunting di Tangerang: Bukan Kaleng-Kaleng!

Nah, yang bikin kaget sekaligus seneng, hasil monitoring langsung di tiga kecamatan—Tigaraksa, Teluknaga, dan Pagedangan—menunjukkan tren positif. Angka stunting di wilayah-wilayah ini terpantau mengalami penurunan yang signifikan. Ini kabar baik banget, lho!

Capaian ini, menurut Wabup Intan, enggak lepas dari sinergi Pentahelix yang solid. Konsep Pentahelix ini melibatkan kolaborasi apik antara Organisasi Perangkat Daerah (OPD), akademisi yang memberikan masukan ilmiah, dunia usaha yang mendukung lewat CSR, masyarakat sebagai ujung tombak perubahan, hingga media yang menyebarkan informasi. Kekuatan bersama ini terbukti jadi kunci keberhasilan.

"Dari 3 kecamatan yang saya kunjungi langsung, alhamdulillah tren semuanya penurunan stunting," jelasnya. Ini membuktikan bahwa kerja keras bersama memang membuahkan hasil yang nyata dan memberikan harapan besar untuk masa depan anak-anak Tangerang.

Data Valid Kunci Utama: Jangan Sampai Ada yang Miss!

Meski ada tren positif, Wabup Intan juga menyoroti satu hal krusial: validitas data. Ia menekankan pentingnya sinkronisasi data stunting, ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK), dan data miskin ekstrem. Ketiga data ini saling berkaitan erat dan menjadi penentu keberhasilan program.

"Hanya memang ada beberapa data yang perlu harus disinkronkan. Saya mau data anak stunting, ibu hamil yang KEK dan data miskin ekstrem itu betul-betul sama dengan yang dipunyai pihak lainnya," tegasnya. Data yang akurat adalah fondasi untuk intervensi yang tepat sasaran, agar bantuan dan program tidak salah alamat.

Tanpa data yang valid dan terintegrasi, upaya penurunan stunting bisa jadi kurang efektif, bahkan bisa menghabiskan sumber daya tanpa hasil optimal. Oleh karena itu, semua pihak diminta untuk memastikan setiap angka dan fakta di lapangan tercatat dengan benar dan seragam, dari tingkat Posyandu hingga kabupaten.

PHBS: Senjata Ampuh Lawan Stunting yang Sering Terlupakan

Selain data, ada satu aspek penting lain yang jadi sorotan Wabup Intan: Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Ia mengingatkan bahwa stunting, serta berbagai penyakit lain yang menyerang masyarakat, seringkali berakar dari perilaku sehari-hari yang kurang bersih dan sehat. Ini masalah mendasar yang kadang terabaikan.

"Yang namanya stunting, ibu hamil KEK, penyakit-penyakit lain yang ada di Kabupaten Tangerang berawal dari PHBS yang tidak baik, tidak ada pola hidup bersih dan sehat diterapkan," tandasnya. Ngerinya, dampak PHBS yang buruk bisa panjang, mulai dari gizi buruk, penyakit menular, hingga pada akhirnya berkontribusi pada stunting.

Maka dari itu, Wabup Intan meminta seluruh pihak, mulai dari kecamatan, puskesmas, desa, kelurahan, hingga kader PKK dan Posyandu, untuk kembali menggalakkan kerja bakti membersihkan lingkungan. Sosialisasi PHBS juga harus digencarkan lagi, bukan hanya sekadar imbauan, tapi juga praktik nyata di setiap rumah tangga.

Ini bukan cuma soal kebersihan, tapi juga edukasi dan perubahan mindset. Masyarakat perlu terus diingatkan betapa pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan untuk kesehatan jangka panjang, terutama bagi ibu hamil dan anak-anak yang paling rentan terhadap stunting.

Kolaborasi dan Langkah Konkret Selanjutnya: Menuju Tangerang Zero Stunting

Harapan besar disematkan pada hasil monitoring ini. Dengan data yang benar-benar valid dan sinkron, intervensi serta solusi yang disusun bisa lebih tepat sasaran dan efektif. Ini adalah langkah awal untuk merumuskan strategi yang lebih tajam.

"Dari hasil monitoring ini, nanti akan kita himpun dan kita susun agar benar-benar sinkron dan valid dan selanjutnya akan kita bahas bersama untuk merumuskan dan menetapkan langkah-langkah intervensi serta solusi sesuai dengan fakta di lapangan," pungkas Wabup Intan. Jadi, ini bukan akhir dari cerita, tapi awal dari strategi yang lebih matang dan terarah.

Semoga saja, dengan langkah-langkah konkret dan kolaborasi yang kuat dari semua elemen masyarakat, target "Zero Stunting" di Kabupaten Tangerang bukan lagi sekadar mimpi, melainkan kenyataan yang bisa diraih dalam waktu dekat. Gak habis pikir, kalau semua kompak dan peduli, pasti bisa menciptakan generasi Tangerang yang lebih sehat dan cerdas!

Penulis: Fahri

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: September 29, 2025

Promo Akad Nikah Makeup