NEWS TANGERANG– Banten menghadapi tantangan serius yang tak bisa dianggap remeh: lebih dari 8.000 ton sampah menumpuk setiap harinya! Angka fantastis ini tentu saja terus membengkak seiring pertumbuhan penduduk, menjadi ancaman nyata bagi lingkungan dan masa depan kita. Kondisi ini menuntut langkah cepat dan terkoordinasi dari semua pihak.
Menyikapi kondisi krusial ini, Gubernur Banten, Andra Soni, menegaskan pentingnya "satu suara" dalam pengelolaan sampah di seluruh wilayah Banten. Ia menekankan bahwa setiap daerah memiliki karakter dan volume sampah yang berbeda, sehingga pendekatan penanganannya pun harus disesuaikan secara cerdas.
Pernyataan ini disampaikan Andra Soni dalam Rapat Koordinasi Pengelolaan Sampah Provinsi Banten yang baru-baru ini digelar. Acara penting tersebut turut dihadiri Sekretaris Utama Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK), Rosan Vivien Ratnawati, serta perwakilan pemerintah Kabupaten/Kota se-Banten. Pertemuan ini menjadi momentum krusial untuk menyatukan visi dan misi.
Mengapa Banten Butuh "Satu Suara" Atasi Sampah?
Bukan rahasia lagi jika permasalahan sampah di Banten itu unik dan beragam, layaknya sidik jari. Apa yang jadi masalah di Tangerang Selatan, misalnya, bisa jadi sangat berbeda dengan tantangan yang dihadapi Kabupaten Serang. Perbedaan ini bukan hanya soal jenis sampah, tapi juga volume dan karakteristik wilayah.
Gubernur Andra Soni menjelaskan, "Pertemuan ini dalam rangka menyatukan persepsi kita, antara provinsi, pemerintah pusat, dan kabupaten/kota yang memiliki permasalahan sampah tersendiri." Ini menunjukkan bahwa solusi tunggal tidak akan efektif untuk semua daerah.
Harapannya, dari rakor ini akan lahir gambaran jelas tentang persoalan sampah di tiap daerah. Dengan begitu, langkah strategis penanganan dan pengelolaan sampah yang tepat sasaran bisa segera dirumuskan dan diimplementasikan, sesuai dengan kebutuhan spesifik masing-masing wilayah.
Target Ambisius: Banten Bebas Sampah 2029!
Gubernur Andra Soni tak main-main dengan target ini. Ia mencanangkan sebuah visi ambisius: pada tahun 2029, seluruh kabupaten/kota di Banten harus mampu mengelola 100 persen sampahnya! Ini adalah lompatan besar yang membutuhkan komitmen dan kerja keras ekstra.
"Kita sekarang berpikir bukan tentang memindahkan sampah, tapi berpikir tentang mengelola sampah," ujar Andra. Ini menandakan pergeseran paradigma dari sekadar membuang, menjadi mengolah dan memanfaatkan sampah secara maksimal.
Visi besar ini tentu saja akan menjadi suntikan semangat bagi KLHK. Kementerian Lingkungan Hidup siap mendampingi empat kota dan empat kabupaten di Banten untuk bersama-sama menuntaskan permasalahan sampah yang selama ini membelit, demi mewujudkan Banten yang lebih bersih dan sehat.
Dari Tumpukan Sampah Jadi Sumber Cuan? Ini Kata Gubernur!
Siapa sangka, tumpukan sampah yang sering kita anggap remeh ternyata bisa punya nilai ekonomis yang tinggi? Gubernur Andra Soni melihat potensi besar ini, sejalan dengan semangat Presiden Prabowo Subianto yang menargetkan pengelolaan sampah 100 persen di tahun 2029. Ini bukan hanya soal lingkungan, tapi juga ekonomi.
Kuncinya ada pada pemilihan teknologi yang tepat guna. Dulu kita banyak bicara tentang RDF (Refuse Derived Fuel), kini trennya bergeser ke "waste to energy" atau sampah menjadi energi. Teknologi ini menjanjikan solusi ganda: mengurangi volume sampah sekaligus menghasilkan listrik.
Namun, Andra Soni mengingatkan, tidak semua daerah cocok dengan teknologi "waste to energy." Perlu kajian mendalam tentang kapasitas sampah yang tersedia agar investasi teknologi ini benar-benar efektif dan tidak sia-sia. "Jangan sampai bicara waste to energy tapi kapasitas sampahnya tidak mencukupi," jelasnya.
Peran Penting Teknologi dan Edukasi Masyarakat
Selain teknologi canggih, edukasi masyarakat juga memegang peranan vital dalam "perang" melawan sampah. Gubernur Andra Soni menekankan pentingnya sosialisasi masif tentang pemilahan sampah dari hulu, dimulai dari rumah tangga. Ini adalah fondasi utama pengelolaan sampah yang efektif.
Dengan pemahaman yang baik, masyarakat akan sadar bahwa permasalahan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan tanggung jawab kita semua. Dari rumah, dari lingkungan terkecil, perubahan bisa dimulai dan memberikan dampak besar.
"Saya rasa kita harus bersama-sama mengedukasi masyarakat," tandas Andra Soni. Ia berharap, upaya penanganan dan pengelolaan sampah ini bisa segera tertangani secara komprehensif, karena setiap detik penundaan berarti penambahan tumpukan masalah baru yang semakin sulit diatasi.
KLHK Siap Turun Tangan: Solusi Cerdas untuk Banten
Dari pihak Kementerian Lingkungan Hidup, Sekretaris Utama Rosan Vivien Ratnawati menyatakan dukungan penuh untuk penyelesaian persoalan sampah di Banten. Ia optimis, dengan teknologi yang tepat, sampah bisa diubah menjadi berbagai hal bermanfaat, termasuk energi terbarukan.
Vivien mencontohkan, daerah seperti Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang yang menghasilkan ribuan ton sampah sangat cocok untuk teknologi pengolahan sampah menjadi listrik. Sementara daerah lain mungkin bisa menerapkan sistem aglomerasi atau pengolahan terpusat yang lebih efisien.
Ia menegaskan, era pengelolaan sampah yang ketinggalan zaman seperti "open dumping" (pembuangan terbuka) sudah harus ditinggalkan. KLHK merekomendasikan setidaknya "sanitary controlled landfill" atau sistem penimbunan sampah yang terkontrol dan higienis, sebagai standar minimal.
Vivien yakin, dengan mengupas persoalan ini secara detail, solusi yang berbeda namun tepat sasaran akan ditemukan untuk setiap wilayah di Banten. Kolaborasi antara pemerintah pusat, provinsi, dan daerah, ditambah partisipasi aktif masyarakat, adalah kunci menuju Banten yang bebas sampah.
Masa depan Banten yang bersih dan lestari kini ada di tangan kita semua. Dengan satu visi, teknologi yang tepat, dan partisipasi aktif masyarakat, target Banten bebas sampah 2029 bukan lagi mimpi, melainkan sebuah kenyataan yang bisa kita raih bersama.
Penulis: Ifan R
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: September 17, 2025