NEWS TANGERANG– Dilansir dari sebuah situs berita lokal, suasana haru dan penuh makna menyelimuti Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangerang pada Rabu, 1 Oktober 2025. Bertepatan dengan peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang sakral, sebanyak 58 orang mantan anggota kelompok Negara Islam Indonesia (NII) faksi Muhamad Yusuf Tohiri (MYT) secara khidmat mengikrarkan kesetiaan mereka kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Momen ini bukan sekadar seremoni biasa, melainkan sebuah deklarasi tulus dari hati yang bikin merinding. Para peserta, yang datang dari Kota Tangerang dan berbagai wilayah sekitarnya, dengan tegas menyatakan lepas baiat dari ajaran menyimpang NII yang selama ini mereka yakini. Ini adalah langkah besar yang patut diacungi jempol.
Mereka kembali menegaskan komitmen penuh pada Pancasila dan UUD 1945 sebagai pilar utama negara. Sebuah pengakuan bahwa ideologi yang benar adalah yang mengayomi semua, bukan yang memecah belah. Vibes positif langsung terasa di seluruh ruangan.
Perjalanan Panjang Menuju Kembali
Nggak bisa dipungkiri, keputusan untuk meninggalkan sebuah keyakinan yang sudah tertanam dalam diri bukanlah hal yang mudah. Banyak dari mereka mungkin telah melalui pergulatan batin yang panjang, bahkan mungkin bertahun-tahun, sebelum akhirnya mantap untuk kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.
NII, dengan segala doktrinnya, seringkali menawarkan narasi yang memikat, menjanjikan "negara Islam" yang dianggap lebih sempurna. Namun, seiring waktu, realitas di lapangan dan mungkin juga sentuhan dari pihak-pihak yang peduli, membuka mata mereka akan kekeliruan jalan yang ditempuh.
Proses deradikalisasi dan pendampingan yang intensif dari berbagai pihak, termasuk aparat keamanan dan tokoh agama, memainkan peran krusial dalam menyadarkan para mantan anggota NII ini. Mereka diajak untuk melihat kembali esensi kebangsaan dan nilai-nilai luhur Pancasila yang sebenarnya.
Momen Sakral Ikrar Setia
Puncak acara yang sangat emosional ini diawali dengan pembacaan deklarasi kesetiaan kepada NKRI. Dipimpin oleh perwakilan peserta, Ustaz Mukhlis, setiap kata yang terucap terasa begitu dalam dan penuh penyesalan atas masa lalu, sekaligus harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Suasana hening menyelimuti ruangan saat satu per satu peserta maju. Mereka menandatangani surat pernyataan kesetiaan, sebuah simbol konkret dari komitmen mereka. Ini bukan cuma tanda tangan di atas kertas, melainkan janji suci yang terukir di hati.
Setelah itu, momen yang paling menyentuh hati pun tiba: mencium bendera Merah Putih. Bendera kebanggaan kita, yang melambangkan perjuangan dan persatuan, dicium dengan penuh hormat dan air mata haru. Ini adalah simbol kecintaan dan penghormatan tertinggi terhadap Indonesia, tanah air yang sempat mereka tinggalkan dalam pemikiran.
Sambutan Hangat dari Aparat dan Pemerintah
Kehadiran perwakilan dari Densus 88 Anti Teror Polri, Kasatgaswil DKI Jakarta Kombes Pol Dhani Arifianto, menunjukkan betapa seriusnya pemerintah menyikapi langkah ini. Beliau menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas keputusan berani para mantan anggota NII tersebut.
"Ini adalah bentuk nyata kembalinya semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Ini bukan akhir, tapi awal baru untuk hidup yang lebih baik dalam bingkai NKRI," ujar Kombes Dhani. Pesan ini seolah menjadi penegasan bahwa pintu maaf dan kesempatan kedua selalu terbuka lebar.
Wali Kota Tangerang Sachrudin yang turut hadir juga nggak mau ketinggalan memberikan dukungan penuh. Pemerintah daerah siap sedia mendampingi proses reintegrasi sosial dan pemberdayaan ekonomi bagi saudara-saudara kita yang telah kembali ke jalan yang benar.
"Kami membuka pintu selebar-lebarnya untuk mendampingi proses reintegrasi sosial dan pemberdayaan ekonomi bagi saudara-saudara kita yang telah kembali ke jalan yang benar," kata Wali Kota Sachrudin. Ini artinya, mereka nggak akan dibiarkan sendirian. Ada dukungan nyata untuk membantu mereka membangun kembali hidup dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
Pancasila dan Islam: Dua Sisi Mata Uang yang Sama
Mantan aktivis NII yang kini menjadi pendiri Yayasan PRABU, Asep Muhargono, juga hadir untuk memberikan tausiyah kebangsaan yang sangat mencerahkan. Pesan beliau sangat jelas dan menohok, terutama bagi mereka yang mungkin masih ragu atau bingung.
"Pancasila dan Islam tidak bertentangan, dan cinta tanah air adalah bagian dari iman," tegas Asep. Kalimat ini adalah point penting yang perlu dicamkan. Islam, sebagai agama rahmatan lil alamin, justru mengajarkan kedamaian, persatuan, dan kepedulian terhadap sesama serta lingkungan, termasuk tanah air.
Pancasila, dengan lima silanya, adalah jembatan yang mempersatukan keberagaman di Indonesia. Ia adalah rumah besar bagi semua umat beragama, termasuk Islam, untuk hidup berdampingan dengan damai dan saling menghormati. Jadi, nggak ada alasan untuk merasa Pancasila bertentangan dengan ajaran agama.
Harapan Baru untuk Masa Depan
Momen ikrar setia ini adalah sebuah titik balik yang luar biasa. Ini adalah bukti bahwa semangat kebangsaan dan nilai-nilai luhur Pancasila masih sangat kuat di hati masyarakat Indonesia. Bahkan mereka yang sempat tersesat pun, pada akhirnya, menemukan jalan pulang.
Semoga langkah 58 mantan anggota NII ini bisa menjadi inspirasi bagi yang lain. Bahwa tidak ada kata terlambat untuk kembali ke jalan yang benar, untuk mencintai tanah air, dan untuk berkontribusi positif bagi bangsa dan negara. NKRI harga mati, guys!
Penulis: Ifan R
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: Oktober 1, 2025