NEWS TANGERANG– Suasana di Pasar Induk Tanah Tinggi, Kota Tangerang, mendadak panas. Ratusan pekerja lepas menggelar aksi demonstrasi besar-besaran pada Kamis, 02 Oktober 2025, menuntut perbaikan upah dan kejelasan status kerja mereka. Aksi ini bukan cuma sekadar unjuk rasa biasa, tapi cerminan kekecewaan yang sudah memuncak, karena tuntutan mereka tak kunjung digubris.
Para demonstran, yang mayoritas adalah tulang punggung di sektor bongkar muat dan distribusi barang, memadati area depan kantor pengelola pasar sejak pukul 13.00 WIB. Mereka datang dengan satu tujuan: menyuarakan nasib yang selama ini terabaikan, berharap ada telinga yang mau mendengarkan keluh kesah mereka.
Suasana Memanas di Pasar Induk Tanah Tinggi
Dari pantauan di lokasi, teriakan dan spanduk berisi tuntutan memenuhi udara. Spanduk-spanduk itu bertuliskan "Bayar Kami Layak!" dan "Status Jelas, Hidup Tenang!". Para pekerja ini merasa upah yang mereka terima sangat tidak sebanding dengan beban tugas berat yang harus dipikul setiap hari. "Gak habis fikir, kerja keras begini, angkat sana-sini, keringat bercucuran, tapi upah cuma segitu-gitunya," keluh salah seorang demonstran yang enggan disebut namanya, dengan raut wajah penuh kekecewaan.
Kondisi kerja yang serba tidak jelas juga menjadi pemicu utama. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang memastikan roda ekonomi pasar terus berputar, menyediakan kebutuhan pokok bagi masyarakat. Namun, ironisnya, mereka sendiri hidup tanpa jaminan sosial atau kepastian status kerja. Ini jelas menjadi PR besar yang harus segera diselesaikan oleh pengelola pasar.
Bukan Kali Pertama, Kesabaran Pekerja Sudah Habis
Ternyata, aksi ini bukan yang pertama kali lho. Menurut Suwarno, salah satu pekerja yang ikut berunjuk rasa, ini sudah kali ketiga mereka turun ke jalan. "Ini aksi sudah yang ketiga kali namun belum ada tanggapan," ujarnya dengan nada kecewa, dilansir situs sebuah sumber situs berita lokal. Ia merasa lelah dengan janji-janji kosong yang tak pernah terealisasi.
Suwarno menambahkan, berbagai upaya dialog dengan pihak pengelola pasar sudah berkali-kali dilakukan, bahkan dengan mediasi dari beberapa pihak. Namun, hasilnya selalu nihil, tidak ada titik terang yang bisa mereka pegang. Kesabaran para pekerja ini sepertinya sudah di ambang batas, membuat mereka merasa tak punya pilihan lain selain turun ke jalan lagi.
Mirisnya Nasib Pekerja Lepas: Upah Minim, Status Gantung
Coba bayangkan, para pekerja ini setiap hari bergelut dengan tumpukan barang yang berat, angkat sana-sini, dari pagi buta hingga malam. Semua itu demi memastikan pasokan kebutuhan pokok sampai ke tangan konsumen dengan lancar. Tapi, imbalan yang mereka dapat seringkali jauh dari kata layak, bahkan untuk sekadar memenuhi kebutuhan dasar keluarga. Ini kan so sad banget!
Status kerja yang tidak jelas membuat mereka rentan dalam banyak hal. Tidak ada jaminan kesehatan yang memadai jika sakit, tidak ada tunjangan hari tua untuk masa depan, bahkan kepastian kapan bisa bekerja pun seringkali jadi pertanyaan besar. Mereka seperti digantung tanpa kepastian, membuat hidup terasa penuh ketidakpastian.
Beban Kerja Berat, Upah Tetap Cekak
Setiap hari, mereka harus berhadapan dengan jadwal yang padat dan fisik yang terkuras habis. Dari subuh hingga malam, mereka memastikan setiap barang terdistribusi dengan baik, dari sayuran segar hingga bahan pangan lainnya. Namun, upah harian yang diterima seringkali hanya cukup untuk makan sehari-hari, tanpa sisa untuk tabungan, pendidikan anak, atau kebutuhan mendesak lainnya.
Situasi ini tentu saja memicu rasa frustrasi yang mendalam dan pertanyaan besar. Bagaimana bisa, kontribusi besar mereka terhadap kelancaran operasional pasar tidak dihargai dengan semestinya? Ini adalah dilema klasik yang seringkali menimpa pekerja sektor informal, di mana keringat dan tenaga mereka seolah tak punya nilai tawar.
Dampak Demo: Aktivitas Pasar Ikut Terganggu, Tapi Kondusif
Aksi damai yang berlangsung ini sempat membuat aktivitas jual beli di Pasar Induk Tanah Tinggi sedikit terganggu. Terutama pada jalur distribusi barang yang menjadi terhambat, karena para pekerja yang biasanya mengurus bongkar muat sedang fokus berdemo. Ngerinya, kalau aksi ini berlarut-larut, bisa-bisa pasokan barang jadi terhambat parah dan harga-harga ikut naik, merugikan banyak pihak.
Untungnya, aparat keamanan yang berjaga di lokasi sigap memastikan situasi tetap kondusif. Mereka berupaya menjaga agar aksi unjuk rasa berjalan tertib dan tidak sampai menimbulkan kericuhan yang lebih besar. Keamanan pasar tetap jadi prioritas utama, agar masyarakat tidak perlu khawatir.
Peran Aparat dalam Menjaga Ketertiban
Kehadiran polisi dan petugas keamanan lainnya sangat penting dalam situasi seperti ini. Mereka bertindak sebagai penengah sekaligus penjaga ketertiban, memastikan hak para pekerja untuk bersuara tetap terpenuhi tanpa mengorbankan keamanan dan ketertiban umum. Ini mantap bos, situasi tetap terkendali berkat kesigapan mereka.
Meskipun ada sedikit hambatan, aktivitas pasar secara keseluruhan tidak lumpuh total. Para pedagang dan pembeli masih bisa berinteraksi, meski dengan sedikit penyesuaian karena adanya keramaian di area depan kantor pengelola. Namun, tetap saja, ada rasa khawatir di kalangan pedagang jika demo ini terus berlanjut.
Manajemen Pasar Masih Bungkam, Bagaimana Nasib Para Pekerja?
Hingga berita ini diturunkan, pihak pengelola pasar belum memberikan pernyataan resmi terkait tuntutan para pekerja. Keheningan dari manajemen ini tentu saja menambah kekecewaan para demonstran. Mereka berharap ada respons cepat dan konkret, bukan hanya janji-janji kosong yang sudah sering mereka dengar.
Pertanyaan besar pun muncul di benak banyak orang: sampai kapan para pekerja ini harus berjuang untuk mendapatkan hak-hak dasar mereka? Apakah tuntutan mereka akan kembali diabaikan begitu saja, ataukah kali ini ada secercah harapan untuk perubahan yang lebih baik dan nasib yang lebih manusiawi?
Urgensi Respons dari Pengelola Pasar
Sikap diam dari pengelola pasar bisa memperkeruh suasana dan memicu aksi yang lebih besar di kemudian hari. Penting bagi mereka untuk segera membuka dialog yang konstruktif dan mencari solusi win-win solution bagi kedua belah pihak. Ini bukan cuma soal upah dan status, tapi juga soal kemanusiaan, keadilan, dan keberlangsungan operasional pasar itu sendiri.
Para pekerja ini adalah bagian integral dari ekosistem pasar, mereka adalah roda penggerak yang tak terlihat. Mengabaikan nasib mereka sama saja dengan mengabaikan keberlangsungan pasar itu sendiri dalam jangka panjang. Semoga saja ada itikad baik dari manajemen untuk segera merespons dan menemukan jalan keluar yang adil.
Mengapa Status Pekerja Lepas Jadi Masalah Krusial?
Bagi anak muda yang mungkin belum terlalu paham, status pekerja lepas atau freelance ini memang punya tantangan tersendiri. Mereka tidak terikat kontrak jangka panjang, tidak punya tunjangan tetap, dan seringkali tidak punya akses ke fasilitas dasar seperti BPJS Kesehatan atau Ketenagakerjaan. Ini beda banget sama karyawan tetap yang punya banyak jaminan.
Fleksibilitas memang jadi daya tarik bagi sebagian orang, tapi di sisi lain, kerentanan mereka juga sangat tinggi. Apalagi di sektor seperti bongkar muat pasar, di mana pekerjaan sangat mengandalkan fisik dan berisiko tinggi terhadap kecelakaan kerja. Mereka sangat butuh perlindungan yang jelas dan komprehensif.
Perlindungan Hukum yang Belum Maksimal
Regulasi terkait pekerja lepas di Indonesia memang masih jadi perdebatan dan seringkali dianggap belum maksimal. Banyak yang merasa perlindungan hukum bagi mereka belum kuat, sehingga seringkali menjadi korban eksploitasi atau ketidakadilan. Kasus di Pasar Induk Tanah Tinggi ini adalah salah satu contoh nyata dari celah tersebut yang perlu segera ditutup.
Pemerintah dan pihak terkait perlu lebih serius memperhatikan nasib para pekerja informal ini. Mereka adalah pahlawan ekonomi yang tak boleh dilupakan dan harus mendapatkan hak-hak yang setara dengan pekerja lainnya.
Harapan dan Tuntutan yang Belum Terjawab
Para pekerja di Pasar Induk Tanah Tinggi ini hanya menginginkan satu hal: keadilan. Mereka menuntut upah yang layak, sesuai dengan standar hidup dan beban kerja mereka yang berat. Selain itu, kejelasan status kerja juga menjadi prioritas utama agar mereka punya kepastian masa depan dan tidak terus-menerus digantung.
Ini bukan sekadar tuntutan finansial semata, tapi juga tuntutan akan pengakuan dan martabat sebagai manusia yang bekerja keras demi keluarga. Mereka berharap suara mereka kali ini benar-benar didengar dan ditindaklanjuti dengan tindakan nyata, bukan hanya sekadar angin lalu.
Aksi demo di Pasar Induk Tanah Tinggi ini menjadi pengingat penting bagi kita semua tentang masih banyaknya pekerja di sektor informal yang berjuang untuk hak-hak dasar mereka. Semoga saja, kali ini manajemen pasar bisa lebih peka dan segera menemukan solusi terbaik yang adil bagi semua pihak. Jangan sampai ada lagi demo keempat atau kelima, karena itu artinya masalah ini tidak pernah selesai dan hanya akan menumpuk kekecewaan.
Penulis: Ifan R
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: Oktober 2, 2025