160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Ekonom Ungkap Dampak BI Tahan Suku Bunga!

Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di angka 5,5 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni 2025 dinilai sangat tepat. Hal ini disampaikan oleh ekonom Ryan Kiryanto. Ia juga menyoroti pentingnya sinergi antara kebijakan moneter dan fiskal ke depannya.

Menurut Ryan, keputusan ini didasari pertimbangan yang cermat. Terutama untuk menjaga ekspektasi inflasi di tahun 2025 agar tetap dalam kisaran target 2,5 persen plus minus 1 persen.

Stabilitas nilai tukar rupiah yang fundamental juga menjadi faktor penting. Ini semua dilakukan di tengah gejolak eksternal, seperti konflik militer antara Israel dan Iran, yang meningkatkan ketegangan global.

Ryan juga menggarisbawahi bahwa kebijakan moneter BI cenderung pro-stabilitas. Namun, ini tetap sejalan dengan kebijakan makroprudensial yang pro-pertumbuhan.

Menariknya, BI membuka peluang untuk melonggarkan suku bunga BI Rate di masa mendatang. Relaksasi ini bisa terjadi jika ekspektasi inflasi terus terkendali dan kurs rupiah tetap kuat.

Jika kebijakan moneter melalui BI Rate sudah di jalur yang tepat, kata Ryan, BI bisa melanjutkan relaksasi. Contohnya, dengan memberikan insentif likuiditas kepada perbankan. Ini diharapkan dapat memperluas ruang ekspansi kredit.

Dari sisi pasokan pembiayaan, Ryan menilai tidak ada masalah. Kondisi likuiditas secara keseluruhan dinilai masih memadai. Tantangannya kini adalah mendorong permintaan kredit dari pelaku usaha dan rumah tangga.

Untuk ini, insentif dari kebijakan fiskal sangat dibutuhkan sebagai stimulus ekonomi. Kebijakan fiskal yang countercyclical atau pro-pertumbuhan sangat penting.

Ini juga selaras dengan upaya memperkuat bauran kebijakan antara fiskal dengan moneter. Penyerapan belanja pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus dipercepat. Tujuannya adalah menciptakan proyek-proyek baru yang padat modal dan padat karya. Ini akan memicu pengusaha untuk berinvestasi dan mengembangkan bisnis mereka.

Diharapkan, permintaan kredit perbankan akan meningkat. Dana juga bisa digali dari pasar modal, seperti penerbitan saham atau obligasi.

Langkah ini penting untuk memperdalam pasar keuangan domestik dan meningkatkan likuiditas. Selain kebijakan fiskal, pemerintah juga perlu kebijakan lain yang pro-pasar dan pro-investor. Tujuannya, menciptakan sinergi kebijakan yang harmonis.

Dengan skenario ini, kebijakan moneter BI diharapkan betul-betul efektif. Tidak hanya dalam menstabilkan nilai tukar rupiah dan ekspektasi inflasi, tetapi juga dalam menstimulasi pertumbuhan ekonomi.

Sebagai informasi, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 17-18 Juni 2025 memang memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,5 persen. Suku bunga Deposit Facility tetap 4,75 persen, dan Lending Facility di 6,25 persen.

Keputusan mempertahankan BI Rate 5,5 persen ini dikonfirmasi langsung oleh Gubernur BI Perry Warjiyo. Ia menyampaikannya dalam konferensi pers RDG Juni 2025.

“RDG BI 17—18 Juni 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,50 persen,” ujar Perry. “Demikian juga, suku bunga deposit facility tetap di 4,75 persen dan suku bunga lending facility di 6,25 persen,” tambahnya.

Perry menjelaskan, keputusan ini sejalan dengan upaya BI menjaga perkiraan inflasi tahun 2025 dan 2026. Targetnya adalah 2,5 plus minus 1 persen, sesuai sasaran pemerintah.

Kebijakan ini juga bertujuan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. “Fokus kebijakan moneter kami adalah memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah,” tegas Perry. Ini penting di tengah ketidakpastian ekonomi global yang kian meningkat.

Ke depan, BI akan terus memantau pergerakan nilai tukar rupiah. Prospek inflasi dan dinamika kondisi ekonomi juga akan dicermati. Ini semua demi memanfaatkan peluang penurunan suku bunga kebijakan moneter lebih lanjut.

Ringkasan

NEWS TANGERANG– Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di angka 5,5 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni 2025. Keputusan ini, yang didukung oleh ekonom Ryan Kiryanto dan dikonfirmasi Gubernur BI Perry Warjiyo, bertujuan utama untuk menjaga ekspektasi inflasi tahun 2025 dalam target serta menstabilkan nilai tukar rupiah di tengah gejolak global. Kebijakan moneter BI ini dianggap pro-stabilitas namun tetap sejalan dengan kebijakan makroprudensial yang pro-pertumbuhan.

BI membuka peluang untuk melonggarkan suku bunga di masa depan jika ekspektasi inflasi terus terkendali dan kurs rupiah tetap kuat. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan kredit, Ryan Kiryanto menekankan pentingnya sinergi kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal yang pro-pertumbuhan dan pro-investor. Percepatan penyerapan belanja pemerintah dan penciptaan proyek padat modal diharapkan mampu memicu investasi serta meningkatkan permintaan kredit perbankan.

Penulis: Santika Reja

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: Juni 19, 2025

Kamu mungkin juga suka ini!