NEWS TANGERANG– Surabaya, 25 September 2025 – Sebuah kisah memilukan mengguncang ketenangan warga Surabaya, khususnya di wilayah Sukolilo. Dua bocah perempuan, yang baru berusia 7 dan 10 tahun, kini harus menanggung beban trauma berat setelah menjadi korban pencabulan. Peristiwa keji ini tak hanya merenggut keceriaan masa kecil mereka, tetapi juga membuat keduanya enggan bersekolah dan mengaji, diliputi rasa malu serta ketakutan yang mendalam.
Pelaku kejahatan bejat ini adalah seorang pria berusia 52 tahun berinisial MU. Tindakannya yang tak bermoral itu telah meninggalkan luka batin yang mungkin tak akan pernah pulih sepenuhnya pada kedua korban. Kasus ini menjadi pengingat pahit akan bahaya yang mengintai anak-anak di sekitar kita.
Trauma Mendalam yang Merenggut Senyum
Dua gadis kecil itu kini hidup dalam bayang-bayang ketakutan. Mereka yang seharusnya menikmati masa bermain dan belajar, kini justru terperangkap dalam kecemasan dan rasa malu yang luar biasa. Trauma yang mereka alami begitu parah hingga membuat mereka menarik diri dari aktivitas sehari-hari yang sebelumnya sangat mereka nikmati, seperti pergi ke sekolah dan mengaji.
Setiap hari adalah perjuangan bagi mereka untuk sekadar berinteraksi. Raut wajah ceria yang dulu terpancar kini digantikan dengan ekspresi murung dan tatapan kosong. Ini adalah dampak nyata dari perbuatan keji yang dilakukan oleh MU, merenggut hak mereka untuk tumbuh kembang dengan normal.
Detik-detik Terungkapnya Kejahatan Bejat
Kejahatan ini mungkin tidak akan terungkap jika bukan karena keberanian salah satu korban. Dengan sisa-sisa keberanian yang ia miliki, bocah malang itu akhirnya menceritakan kejadian memilukan yang menimpanya kepada orang tuanya. Pengakuan itu sontak membuat keluarga terkejut dan hancur.
Dari penuturan korban, terungkap bahwa aksi bejat pelaku dilakukan di beberapa lokasi tersembunyi. Salah satu tempat yang paling mengejutkan adalah di ruang wudhu perempuan sebuah masjid di Sukolilo, sebuah tempat yang seharusnya sakral dan aman. Peristiwa tragis ini terjadi pada awal September 2025, meninggalkan noda hitam di hati masyarakat.
Kemarahan Warga dan Intervensi Polisi
Kabar mengenai pencabulan ini dengan cepat menyebar di kalangan warga Sukolilo. Amarah masyarakat pun tak terbendung, memuncak ketika mereka berhasil mengamankan MU. Massa yang geram hampir saja main hakim sendiri, melampiaskan kemarahan atas perbuatan keji yang telah merusak masa depan dua bocah tak berdosa.
Beruntung, situasi mencekam itu berhasil diredam setelah pihak kepolisian tiba di lokasi. Petugas dengan sigap mengamankan MU dari kerumunan massa yang emosi. Pelaku kemudian diserahkan ke Polsek Sukolilo sebelum akhirnya dibawa ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Surabaya untuk proses hukum lebih lanjut.
Sosok Pelaku dan Latar Belakangnya
Iptu Eddy Oktavianus Mamoto, selaku Kanit PPA Polrestabes Surabaya, mengonfirmasi bahwa pelaku sudah berada di tangan mereka. "Iya, pelaku sudah kami terima dari Polsek Sukolilo. Saat ini masih dalam tahap penyelidikan," ujarnya, menegaskan komitmen kepolisian untuk mengusut tuntas kasus ini.
Iptu Eddy juga mengungkapkan beberapa detail mengenai sosok MU. Pria berusia 52 tahun itu diketahui merupakan warga asli Sukolilo yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Sehari-harinya, ia hanya mengandalkan upah dari menjaga kos dan kontrakan di sekitar wilayah tersebut, sebuah latar belakang yang kini tercoreng oleh tindak kriminalnya.
Peringatan Penting: Jangan Biarkan Ada Korban Lain!
Kasus ini menjadi alarm keras bagi seluruh elemen masyarakat untuk lebih meningkatkan kewaspadaan dan perlindungan terhadap anak-anak. Kepolisian mengimbau agar masyarakat tidak ragu untuk melaporkan jika ada anak lain yang menjadi korban tindakan serupa. Mereka meyakini bahwa kemungkinan adanya korban lain selain kedua bocah ini sangat terbuka.
"Polrestabes Surabaya tegaskan bagi warga yang anaknya ada yang menjadi korban perilaku menyimpang tersangka harap melaporkan ke Unit PPA Polrestabes Surabaya atau melalui polsek terdekat untuk diproses lebih lanjut," tegas Iptu Eddy. Ia menambahkan, "Karena tidak menutup kemungkinan ada korban lain selain kedua korban." Imbauan ini menunjukkan keseriusan pihak berwenang dalam memberantas kejahatan terhadap anak dan memastikan tidak ada lagi korban yang bersembunyi dalam ketakutan.
Penting bagi kita semua untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak. Setiap laporan dan kepedulian dari masyarakat adalah kunci untuk mencegah terulangnya tragedi serupa dan memastikan para pelaku kejahatan anak mendapatkan hukuman setimpal. Mari bersama-sama menjadi mata dan telinga bagi mereka yang rentan.
Penulis: Dyandra
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: September 25, 2025