NEWS TANGERANG– Panggung politik nasional kembali diwarnai kejutan. Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto, secara terbuka melontarkan pujian atas pidato Presiden Prabowo Subianto di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (23/9) lalu. Pujian ini tentu menarik perhatian, mengingat posisi PDIP sebagai partai oposisi yang kerap mengkritisi kebijakan pemerintah.
Hasto menegaskan bahwa pidato Prabowo di forum internasional tersebut bukan sekadar retorika biasa. Ia menyebutnya "sangat kuat secara historis dan secara ideologis," sebuah pernyataan yang sarat makna dari seorang petinggi partai berlambang banteng moncong putih itu. Ini menunjukkan adanya titik temu penting dalam isu krusial yang menyangkut kemanusiaan dan kedaulatan bangsa.
Pujian Tak Terduga dari Kubu Seberang
Pernyataan Hasto ini disampaikan di sekolah partai pada Kamis (24/9), sehari setelah pidato bersejarah Prabowo di New York. Pujian tersebut secara spesifik menyoroti keberanian dan ketegasan Prabowo dalam menyuarakan sikap Indonesia terkait brutalitas dan kekejaman kemanusiaan yang terjadi di Gaza, Palestina. Sikap ini, menurut Hasto, merepresentasikan aspirasi seluruh rakyat Indonesia.
"Apa yang disampaikan Presiden Prabowo sangat kuat secara historis dan secara ideologis," kata Hasto. Kalimat ini bukan hanya sekadar sanjungan, melainkan pengakuan bahwa substansi pidato Prabowo sejalan dengan prinsip-prinsip dasar yang dipegang teguh oleh bangsa Indonesia sejak lama, termasuk oleh PDIP sendiri.
Suara Indonesia di Panggung Dunia: Pembelaan untuk Palestina
Pidato Presiden Prabowo di Sidang Majelis Umum PBB memang menjadi sorotan utama. Dalam kesempatan tersebut, Prabowo dengan tegas menyuarakan dukungan penuh Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina dan menentang segala bentuk praktik antikemanusiaan di Gaza. Ini adalah konsistensi diplomasi Indonesia yang tak pernah pudar.
Prabowo juga menggarisbawahi komitmen Indonesia untuk terus menggalang solidaritas antarbangsa demi mengakhiri penderitaan di Gaza. Pesan ini bukan hanya ditujukan kepada negara-negara anggota PBB, tetapi juga kepada seluruh dunia, bahwa Indonesia tidak akan tinggal diam melihat ketidakadilan.
Jejak Bung Karno dalam Diplomasi Modern
Hasto Kristiyanto lebih lanjut menjelaskan bahwa pidato Presiden Prabowo senafas dengan perjuangan Presiden pertama RI, Soekarno. Bung Karno, melalui Konferensi Asia Afrika (KAA) pada tahun 1955, telah meletakkan dasar kuat bagi dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina. Ini menunjukkan bahwa isu Palestina adalah bagian integral dari identitas politik luar negeri Indonesia.
"Karena yang disampaikan Presiden Prabowo juga senafas yang diperjuangkan oleh Bung Karno, yang sejak Konferensi Asia Afrika memang telah menandatangani komunikasi politik di dalam mendukung kemerdekaan Palestina seluas-luasnya," ujar Hasto. Pernyataan ini menegaskan bahwa sikap Indonesia terhadap Palestina bukan sekadar respons sesaat, melainkan warisan sejarah dan ideologi yang terus dipegang teguh lintas generasi kepemimpinan.
Solusi Dua Negara: Harapan di Tengah Konflik Abadi
Dalam pidatonya, Prabowo menyampaikan beberapa poin penting, termasuk solusi dua negara (two-state solution) untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Ia juga menyinggung krisis iklim dan peran PBB yang krusial dalam menjaga perdamaian dunia. Namun, isu Palestina tetap menjadi inti dari pesan yang ingin disampaikan Indonesia.
Secara spesifik mengenai Palestina, Prabowo menyatakan bahwa Indonesia siap mengakui Israel jika Palestina merdeka dalam kerangka solusi dua negara. Ini adalah tawaran yang berani dan pragmatis, menunjukkan keseriusan Indonesia dalam mencari jalan keluar dari konflik berkepanjangan yang telah merenggut banyak nyawa dan menghancurkan harapan.
Solusi dua negara sendiri merupakan kerangka internasional yang telah disepakati untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Konsep ini mengusulkan pembentukan dua negara yang saling berdampingan, saling menghormati, dan saling mengakui kedaulatan masing-masing. Ini adalah jalan tengah yang diharapkan dapat membawa perdamaian abadi bagi kedua belah pihak.
"Saya ingin menegaskan kembali dukungan penuh Indonesia terhadap Solusi Dua Negara di Palestina. Kita harus memiliki Palestina yang merdeka, tetapi kita juga harus mengakui dan menjamin keselamatan dan keamanan Israel," tegas Prabowo. Pernyataan ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya berpihak pada Palestina, tetapi juga memahami kompleksitas dan kebutuhan keamanan semua pihak yang terlibat.
Mengapa Pujian Ini Penting? Analisis Politik di Balik Layar
Pujian dari Hasto Kristiyanto kepada Presiden Prabowo ini bukan sekadar basa-basi politik. Dalam konteks dinamika politik Indonesia, di mana PDIP kerap berada di posisi yang berseberangan dengan pemerintah, pujian ini bisa diinterpretasikan sebagai sinyal penting. Ini menunjukkan adanya konsensus nasional yang kuat terkait isu Palestina, melampaui batas-batas politik domestik.
Sikap ini juga bisa diartikan sebagai pengakuan terhadap keberhasilan diplomasi Prabowo di panggung global. Ketika seorang tokoh dari partai oposisi memberikan apresiasi, itu menandakan bahwa isu yang diangkat memiliki bobot dan relevansi yang sangat tinggi bagi kepentingan nasional. Ini memperkuat legitimasi dan dukungan terhadap kebijakan luar negeri pemerintah.
Respons Global dan Tantangan ke Depan
Pidato Prabowo di PBB, yang mendapat pujian dari dalam negeri, tentu akan diamati oleh komunitas internasional. Pesan Indonesia yang konsisten dan tegas mengenai Palestina, ditambah dengan tawaran solusi dua negara yang realistis, dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci dalam upaya perdamaian global.
Namun, tantangan untuk mencapai solusi dua negara tidaklah mudah. Konflik Israel-Palestina adalah salah satu isu paling kompleks dan berlarut-larut di dunia. Diperlukan kerja sama, diplomasi yang gigih, dan tekanan internasional yang kuat untuk mewujudkan kemerdekaan Palestina dan keamanan bagi Israel.
Pujian Hasto Kristiyanto terhadap pidato Presiden Prabowo di PBB menjadi sebuah momen penting. Ini bukan hanya tentang dukungan terhadap Palestina, tetapi juga tentang bagaimana isu kemanusiaan dan sejarah dapat menyatukan berbagai elemen politik di Indonesia. Sebuah isyarat bahwa, dalam urusan kedaulatan dan kemanusiaan, Indonesia bisa bersatu padu menyuarakan keadilan di panggung dunia.
Penulis: Arya N
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: September 25, 2025