NEWS TANGERANG– Sidoarjo, Jawa Timur, sedang dilanda duka mendalam. Sebuah tragedi tak terduga menimpa Pondok Pesantren Al Khozyni di Buduran, ketika musala tiga lantai mereka ambruk secara tiba-tiba. Insiden mengerikan ini membuat puluhan santri terjebak di bawah reruntuhan, memicu operasi pencarian dan evakuasi besar-besaran yang penuh ketegangan.
Tim SAR gabungan kini berpacu dengan waktu, berusaha keras menyelamatkan para korban yang masih terperangkap. Setiap detik terasa berharga, membawa harapan sekaligus kekhawatiran akan nasib para santri yang kini berada di tengah material bangunan yang hancur.
Detik-detik Mencekam: Musala Tiga Lantai Rata dengan Tanah
Peristiwa nahas itu terjadi pada Senin (29/9) sore, saat ratusan santri tengah khusyuk menunaikan salat Ashar berjemaah. Bangunan musala yang berlantai tiga itu, diketahui masih dalam tahap pembangunan, tiba-tiba runtuh tanpa peringatan. Suara gemuruh memecah ketenangan sore itu, disusul kepanikan luar biasa.
Bayangkan saja, di tengah ibadah, bangunan yang seharusnya menjadi tempat berlindung justru berubah menjadi jebakan maut. Santri-santri yang tak sempat menyelamatkan diri kini terkubur di bawah tumpukan puing, menunggu uluran tangan penyelamat.
Perjuangan Tanpa Henti: Tim SAR Berpacu dengan Waktu
Sejak insiden terjadi, tim pencarian dan pertolongan SAR gabungan langsung bergerak cepat. Sebanyak 332 personel dari berbagai instansi seperti Basarnas, BPBD, Dinas PU SDA Provinsi, Tagana Dinas Sosial, serta aparat TNI dan Polri telah dikerahkan. Mereka bekerja tanpa lelah, bergantian menjaga ketahanan tim di lokasi kejadian.
Misi penyelamatan ini bukan perkara mudah. Mereka harus berhadapan dengan kondisi reruntuhan yang tidak stabil, serta tekanan untuk menemukan korban secepat mungkin.
Data Korban: Angka yang Terus Berubah
Hingga Selasa (30/9) malam, data mengenai jumlah korban masih terus diperbarui dan menunjukkan sedikit perbedaan antarlembaga. Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, berdasarkan absensi santri, ada 91 orang yang diduga masih tertimbun material bangunan. Angka ini menjadi fokus utama pencarian.
Sementara itu, Kantor SAR Surabaya mencatat data yang sedikit berbeda. Mereka melaporkan total 102 santri menjadi korban dalam peristiwa ini. Dari jumlah tersebut, tiga orang di antaranya telah dikonfirmasi meninggal dunia, dan puluhan lainnya diperkirakan masih terjebak di dalam reruntuhan.
Misi Penyelamatan Penuh Tantangan
Tim SAR di lapangan menghadapi dilema besar. Meskipun peralatan berat seperti ekskavator telah disiagakan, penggunaannya belum dapat dilakukan. Ada kekhawatiran serius bahwa getaran dari alat berat justru bisa memperparah kondisi reruntuhan, memicu keruntuhan susulan yang membahayakan baik korban maupun tim penyelamat.
Oleh karena itu, upaya penyelamatan saat ini difokuskan secara manual. Petugas dengan hati-hati menggali lubang dan celah, berusaha menjangkau korban yang mungkin masih hidup di antara puing-puing. Ini adalah pekerjaan yang membutuhkan ketelitian, kesabaran, dan keberanian luar biasa.
Secercah Harapan: Ada Kehidupan di Balik Puing
Di tengah keputusasaan, ada secercah harapan yang muncul. Tim SAR gabungan berhasil mendeteksi adanya indikasi enam hingga tujuh orang korban yang masih bertahan di salah satu segmen reruntuhan. Ini adalah kabar baik yang memicu semangat tim penyelamat.
Kontak dengan Korban Selamat
Melalui celah-celah kecil di antara puing, petugas telah berhasil menyalurkan makanan dan minuman kepada para korban yang terdeteksi. Upaya ini krusial untuk menjaga kondisi mereka tetap stabil selagi tim bekerja keras untuk mengevakuasi. Setiap suapan dan tegukan air adalah simbol perjuangan untuk hidup.
Fokus utama saat ini adalah penyelamatan secara manual. Tim terus menggali dan memperluas celah, berharap bisa segera menarik keluar para santri yang masih hidup. Ini adalah balapan melawan waktu, di mana setiap menit sangat berarti.
Strategi Lanjutan: Menunggu Asesmen Ahli
Proses evakuasi yang kompleks ini juga menunggu asesmen dari pihak berwenang di bawah komando Basarnas. Jika hasil asesmen menyatakan tidak ada lagi korban yang masih hidup, barulah tahapan selanjutnya akan dilakukan dengan menggunakan alat berat. Tujuannya adalah untuk mengevakuasi korban meninggal dunia yang masih tertimbun.
Di sisi lain, tim juga tengah merumuskan langkah teknis bersama ahli konstruksi. Mereka berupaya mencari cara paling aman untuk membersihkan puing pada jalur evakuasi, tanpa memicu reruntuhan susulan yang bisa menimbulkan korban baru. Keselamatan adalah prioritas utama.
Doa dan Dukungan untuk Sidoarjo
Tragedi musala ambruk di Sidoarjo ini menjadi pengingat pahit akan pentingnya standar keselamatan bangunan, terutama di fasilitas publik seperti pondok pesantren. Seluruh masyarakat Indonesia kini menyoroti Sidoarjo, mengirimkan doa dan dukungan bagi para korban dan keluarga yang berduka.
Semoga upaya heroik tim SAR membuahkan hasil, dan semua santri yang masih terjebak bisa segera dievakuasi dengan selamat. Tragedi ini adalah ujian berat, namun semangat gotong royong dan harapan akan selalu menyala. Mari kita terus berdoa agar musibah ini segera berakhir dan Sidoarjo bisa kembali bangkit.
Penulis: Arya N
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: Oktober 1, 2025