NEWS TANGERANG– Sobat NewsTangerang, di tengah euforia kecerdasan buatan (AI) yang bikin pasar saham Amerika Serikat melambung tinggi, ada bisikan-bisikan ketakutan yang mulai terdengar makin kencang. Ini bukan soal robot mengambil alih pekerjaan, tapi lebih ke arah potensi gelembung finansial yang siap meledak.
Fokus utama kekhawatiran ini adalah kesepakatan raksasa senilai USD100 miliar atau sekitar Rp1.500 triliun antara "raja chip" Nvidia dan "bintang AI" OpenAI. Dulu, kesepakatan ini mungkin dirayakan sebagai terobosan paling gila di dunia teknologi. Namun kini, banyak yang curiga ini justru jadi bom waktu finansial yang bisa bikin pasar ambruk.
Deja Vu Gelembung Dot-Com?
Banyak analis sekarang melihat adanya deja vu yang mengerikan, Sobat NewsTangerang. Mereka teringat banget dengan gelembung dot-com di awal tahun 2000-an yang berakhir dengan kehancuran dan kerugian miliaran dolar. Kalau sampai terulang lagi, dampaknya kali ini bisa jauh lebih dahsyat, lho.
Bayangkan saja, jumlah uang yang dipertaruhkan sekarang berkali-kali lipat lebih besar. Ini bukan cuma soal beberapa perusahaan teknologi yang bangkrut, tapi potensi guncangan ekonomi global yang bisa bikin kita semua geleng-geleng kepala. Ngerinya!
Kesepakatan ‘Aneh’ Nvidia dan OpenAI
Sekilas, kesepakatan antara Nvidia dan OpenAI ini memang tampak fantastis. Nvidia, yang kita tahu adalah pemasok utama chip AI paling canggih, akan menginvestasikan hingga USD100 miliar untuk membantu OpenAI membangun pusat data super masif. Ini tentu saja vital bagi OpenAI untuk terus mengembangkan model AI mereka yang makin kompleks.
Namun, keanehan justru terletak pada mekanismenya, Sobat NewsTangerang. Nvidia tidak menjual chip-chip mahalnya itu secara langsung ke OpenAI. Sebaliknya, mereka akan menyewakan chip-chip tersebut kepada OpenAI. Ini yang bikin banyak pihak bertanya-tanya, ada apa di balik strategi ini?
Mekanisme yang Bikin Gak Habis Fikir: ‘Circular Financing’
Pola ini langsung memicu kekhawatiran tentang adanya "pembiayaan sirkular" atau circular financing. Sederhananya, ini seperti perusahaan mobil yang memberikan pinjaman raksasa kepada perusahaan taksi. Tapi ada syaratnya, pinjaman itu harus digunakan untuk menyewa mobil-mobil baru dari perusahaan mobil tersebut.
Di atas kertas, penjualan perusahaan mobil itu akan terlihat meroket dan bikin laporan keuangan mereka kinclong. Namun pada kenyataannya, mereka hanya memutar uang mereka sendiri. Mereka juga menanggung semua risiko besar jika bisnis taksi itu gagal di kemudian hari. Gak habis pikir, kan?
Risiko Besar di Balik Angka Fantastis
Situasi ini menempatkan Nvidia pada posisi yang cukup berisiko, Sobat NewsTangerang. Jika OpenAI, yang notabene adalah salah satu pemain AI paling menjanjikan, ternyata tidak mampu menghasilkan pendapatan yang cukup untuk membayar sewa chip-chip tersebut, maka Nvidia bisa menanggung kerugian besar. Mereka tidak hanya kehilangan potensi penjualan, tapi juga harus menanggung biaya investasi awal yang sangat besar.
Ini bukan cuma soal untung rugi bisnis biasa. Ini adalah skema yang bisa menciptakan ilusi pertumbuhan yang kuat di pasar AI, padahal fondasinya mungkin tidak sekuat yang terlihat. Pasar bisa saja terbuai dengan angka-angka fantastis tanpa melihat risiko tersembunyi di baliknya.
Dampak ke Pasar AI dan Ekonomi Global
Jika skenario terburuk terjadi dan gelembung AI ini benar-benar meledak, dampaknya bisa sangat luas. Bukan cuma saham perusahaan teknologi yang anjlok, tapi juga kepercayaan investor terhadap sektor AI secara keseluruhan. Ini bisa memperlambat inovasi dan investasi di masa depan.
Ekonomi global yang sudah mulai pulih pasca-pandemi juga bisa tergoncang lagi. Kita semua tahu bagaimana pasar saham bisa mempengaruhi sektor riil, dari lapangan kerja hingga daya beli masyarakat. So Sad kalau sampai terjadi lagi.
Pandangan Analis: Waspada Tapi Jangan Panik
Meski kekhawatiran ini nyata, beberapa analis juga mengingatkan agar tidak terlalu panik. Mereka berpendapat bahwa teknologi AI memang punya potensi revolusioner yang berbeda dari dot-com. Namun, mereka tetap menekankan pentingnya kehati-hatian dan transparansi dalam setiap kesepakatan besar.
Pemerintah dan regulator juga diharapkan bisa lebih proaktif dalam mengawasi praktik-praktik pembiayaan seperti ini. Tujuannya agar tidak ada lagi gelembung yang merugikan banyak pihak di kemudian hari.
Sobat NewsTangerang, bagaimana menurutmu tentang kesepakatan Nvidia dan OpenAI ini? Apakah ini memang bom waktu yang siap meledak, atau justru strategi cerdas yang akan membawa inovasi AI ke level berikutnya? Yuk, kita pantau terus perkembangannya!
Penulis: Tita Yunita
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: Oktober 3, 2025