
NEWS TANGERANG– Dunia sepak bola dan Yolanda Krismonica bagaikan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Walau kini tak lagi aktif sebagai pemain profesional, dedikasinya untuk kemajuan sepak bola wanita Indonesia tetap menyala.
Perjalanan karier Yolanda Krismonica memang terbilang unik. Semasa mudanya, ia aktif membela sejumlah klub sepak bola wanita, hingga akhirnya mencapai puncak sebagai kiper andalan Timnas Wanita Indonesia.
Namun, takdir berkata lain. Cedera ACL parah memaksanya menepi dari lapangan hijau lebih cepat dari yang ia bayangkan.
Meski begitu, semangatnya di sepak bola tak pernah padam. Setelah tak menjadi pemain profesional, Yolanda justru berhasil menapaki berbagai profesi prestisius di luar lapangan hijau.
Ia kini dikenal sebagai komentator tayangan sepak bola internasional, pelatih kiper di Akademi Raga Negeri, dan bahkan menjabat sebagai Exco APPI periode 2021-2025. Sebuah perjalanan yang lengkap dan menginspirasi.
Yolanda berbagi kisahnya tentang masa-masa membela Timnas Wanita Indonesia, perasaannya saat harus berhenti bermain, pengalaman serunya sebagai komentator, hingga tugasnya sebagai Exco APPI.
Andalan di Bawah Mistar Garuda Pertiwi
Pemain bernama lengkap Yolanda Krismonica Wijayanti ini lahir di Yogyakarta pada 7 Juni 1998. Ia adalah seorang pesepak bola wanita yang berposisi sebagai kiper.
Dalam perjalanan karier profesionalnya, Yolanda sempat membela beberapa tim. Sebut saja Tira-Kabo Kartini di Liga 1 Putri 2019 dan Pelatda Sepak Bola Wanita Jawa Barat untuk PON 2021.
Puncak karier sepak bolanya hadir saat ia mendapat kesempatan membela Garuda Pertiwi. Panggilan untuk membela Merah Putih itu datang ketika Indonesia berjuang di Kualifikasi Piala Asia Wanita 2022 silam.
Berkat kerja keras tim, Indonesia berhasil lolos ke putaran final Piala Asia Wanita 2022, sebuah momen yang membanggakan bagi Yolanda.
“Senang banget punya kesempatan di sana, karena memang kesempatan menjadi bagian dari tim nasional adalah kesempatan langka, dan tidak semua orang bisa mendapatkan itu,” tutur Yolanda beberapa waktu lalu.
“Ini buah kerja keras mereka, hasil buah kerja keras aku, bisa tembus di tim nasional,” tambahnya di Lapangan ISCI Ciputat, Tangerang Selatan.
Namun, saat sedang menapaki puncak kariernya, Yolanda harus menghadapi cobaan berat. Ia terpaksa menepi karena cedera ACL, bahkan parahnya, cedera ini menyerang kedua kakinya.
Cedera itulah yang membuat Yolanda harus beristirahat cukup lama dari dunia sepak bola profesional. Meski ia sempat kembali bermain di lapangan, namun performa terbaiknya belum kembali.
“Aku sempat kembali main lagi, aku sempat bertanding lagi, namun memang tidak terlalu prestisius untuk event-nya,” ujar Yolanda.
“Aku kembali bermain, namun belum sampai pada kompetisi yang memang prestisius,” lanjutnya, menjelaskan tantangan setelah cedera.
Banting Setir ke Pelatih hingga Komentator
Cedera ACL memang menjadi momok menakutkan bagi banyak pesepak bola, dan dalam beberapa kasus, bisa mengakhiri karier mereka. Hal serupa juga dialami Yolanda, cedera ACL membuatnya harus pensiun sebagai pemain.
Namun, ikatan Yolanda dengan sepak bola terlalu kuat untuk dipisahkan. Ia selalu menemukan cara lain untuk tetap berkarya di olahraga yang sangat ia cintai itu.
Yolanda pun menemukan babak baru dalam hidupnya: menjadi pelatih akademi. Setelah cedera, ia mencoba peruntungan sebagai pelatih, dan Akademi Raga Negeri menjadi langkah pertamanya dalam karier kepelatihan profesional.
Di akademi tersebut, Yolanda mengambil banyak peran, baik di tim putra maupun putri. Yang terbaru, ia sempat menjadi pelatih kepala Raga Negeri U-17 di Piala Pertiwi Nasional 2024.
Yolanda sukses mengantar timnya ke final, meski harus mengakui keunggulan Persib Putri di partai puncak.
Tak berhenti sebagai pelatih, Yolanda juga mencicipi karier lain yang jarang dimiliki oleh pesepak bola wanita Indonesia. Ia sempat menjadi komentator sepak bola di televisi, sebuah profesi yang bahkan tak pernah terlintas di benaknya.
“Kaget sebenarnya, karena tiba-tiba ditelepon sama salah satu produser di Emtek Group, ditawarin mau tidak jadi komentator?” cerita Yolanda.
“Sempat diam sepersekian detik, dan aku tiba-tiba jawab, bisa tidak ya, sudah ambil dulu deh. Oke, ambil saja,” tambahnya, mengenang momen mengejutkan itu.
Yolanda menerima kesempatan emas tersebut untuk menjadi komentator di sebuah televisi swasta, khususnya untuk event Piala Dunia Wanita U-17 2022.
Debutnya berjalan manis, ia mendapatkan lima kali siaran dari 15 laga yang ditayangkan di televisi tersebut. Awalnya, Yolanda mengira ia hanya bertugas sebagai komentator pembuka dan penutup saja.
Ternyata, ia ditugaskan untuk mengomentari jalannya pertandingan secara play-by-play, selama 90 menit penuh.
“Ternyata komentator yang dimaksud mereka adalah play-by-play, yaitu ngomong dari awal sampai akhir pertandingan,” ujar Yolanda.
“Sedangkan yang kupikirkan adalah ketika pertandingan internasional hanya di awal, di tengah, dan di akhir, hanya tiga segmen, ternyata ini full match kita berbicara,” jelasnya.
“Jadi dalam waktu satu minggu aku mengejar, belajar, menonton pertandingan, bagaimana risetnya, bagaimana cara berbicaranya,” kenangnya.
“Awal-awal memang gugup, tapi debut yang manis lah,” sambungnya, merangkum pengalaman perdananya.
Jembatan Pesepak Bola Wanita di APPI
Meski telah sukses menjadi komentator dan pelatih sepak bola, Yolanda tampaknya selalu haus akan pengalaman baru di dunia sepak bola. Kini, ia menjabat sebagai Komite Eksekutif di Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI).
Yolanda menjadi komite sepak bola wanita nasional bersama Helsya Maeisyaroh di APPI. Perjalanan barunya ini menuntut Yolanda mengemban tugas yang lebih berat.
Ia bukan hanya menjadi pengurus, tetapi juga berperan sebagai jembatan penghubung antara pesepak bola wanita dengan asosiasi pemain. Banyak hal yang menjadi perhatian utama Yolanda di posisi ini.
Mulai dari masalah kontrak dan gaji, penanganan kasus cedera, hingga permasalahan pribadi yang dihadapi para pesepak bola wanita, semua ia tangani dengan serius.
Perannya ini memberikan kontribusi besar bagi kemajuan pesepak bola wanita Indonesia. Jabatan Exco APPI ini diemban Yolanda untuk periode 2021-2025.
“Karena memang ketiadaan kompetisi ini kan, APPI tidak bisa mendukung masalah kontrak, ataupun hubungan dengan klub, karena tidak ada klub profesional,” ucap pemain kelahiran Yogyakarta itu.
“Tapi secara individu, kita bisa mendukung,” tambahnya, menjelaskan fokus APPI.
Yolanda memberikan contoh nyata dukungan APPI. “Ada teman dari Papua kemarin, butuh penanganan medis,” katanya.
“Ada teman yang punya kontrak, tapi dia cedera harus bagaimana, ada juga yang memang butuh bantuan, sudah cedera, terus butuh penanganan lebih lanjut juga, seperti apa, bahkan kita juga mengawal,” lanjutnya.
Menjelang akhir jabatannya, setelah lebih dari empat tahun mengabdi, Yolanda masih memiliki perhatian mendalam terkait kondisi sepak bola wanita Indonesia.
Salah satu hal utama yang ia soroti adalah kesetaraan fasilitas. Menurut Yolanda, sebagai Exco APPI, sudah seharusnya pesepak bola wanita Indonesia mendapatkan fasilitas yang setara dengan pesepak bola pria.
“Kesetaraan fasilitas sebenarnya, kalau kita melihat kompetisi yang tidak setara sudah jelas, banyak ketimpangan-ketimpangan itu,” tandas Yolanda Krismonica.
“Pada dasarnya, APPI bekerja untuk pemain, APPI melindungi dan mengayomi pemain, memberikan proteksi dan edukasi, apa pun itu bentuknya, APPI akan mendukung pemain secara penuh,” pungkasnya, menegaskan komitmen APPI.
Yolanda Krismonica adalah mantan kiper Timnas Wanita Indonesia yang terpaksa pensiun dini dari sepak bola profesional akibat cedera ACL parah di kedua kakinya. Meski kariernya sebagai pemain terhenti, dedikasinya untuk sepak bola wanita tetap menyala.
Ia kemudian sukses menapaki berbagai profesi, mulai dari pelatih di Akademi Raga Negeri hingga komentator tayangan sepak bola internasional. Saat ini, Yolanda menjabat sebagai Komite Eksekutif APPI periode 2021-2025, berfokus pada advokasi kesejahteraan, kontrak, penanganan cedera, dan kesetaraan fasilitas bagi pesepak bola wanita Indonesia.
Penulis: Santika Reja
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: Juni 15, 2025