160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Anies Khotbah Idul Adha: Agenda Keadilan Dibahas!

Pada momen sakral Idul Adha 1446 Hijriah, Anies Baswedan hadir sebagai khatib di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan. Dalam khotbahnya yang mendalam pada Jumat (6/6) tersebut, ia mengangkat tema yang relevan dan menggugah: “Kurban, Kota, dan Agenda Keadilan.”

Anies menekankan bahwa esensi kurban jauh melampaui ritual penyembelihan hewan. Menurutnya, kurban adalah tentang keberanian untuk berkorban demi tegaknya keadilan sosial.

Mengawali khotbahnya, Anies menyampaikan, “Hari ini kita berkumpul merayakan Idul Adha, hari raya kurban yang mengajarkan kita tentang ketundukan kepada Allah dan kepedulian kepada sesama.” Pesan ini menjadi fondasi bagi seluruh khotbahnya yang berfokus pada kepekaan sosial.

Kurban: Lebih dari Sekadar Penyembelihan Hewan

Anies membandingkan suasana kesetaraan para jemaah haji di Tanah Suci, di mana semua berpakaian ihram dan berseru “Labbaika Allahumma labbaik,” dengan realitas ketimpangan di kota-kota besar seperti Jakarta. Sebuah pemandangan yang kontras dan memprihatinkan.

Ironisnya, kesetaraan itu seolah memudar begitu kembali ke rutinitas harian di perkotaan. Di kota, kesenjangan ekonomi terlihat begitu mencolok.

“Di satu sisi, restoran mewah penuh pengunjung. Di sisi lain, anak-anak memungut sampah demi sesuap nasi,” ujar Anies, menyoroti realitas pahit yang kerap terabaikan. “Ini bukan pemandangan di negeri asing. Ini halaman rumah kita sendiri.”

Belajar dari Sejarah: Kota Beradab dan Keadilan

Melihat realitas ini, Anies kemudian mengajak jemaah menilik kembali sejarah. Ia mengutip perjalanan peradaban Islam yang justru bermula dari penataan kota, yakni transformasi Yatsrib menjadi Al-Madinah Al-Munawwarah.

Baginya, kota yang tertata dengan baik adalah cerminan peradaban yang sehat. Sebaliknya, kota yang penuh ketidakadilan menunjukkan masyarakat yang sedang sakit.

“Islam tumbuh besar ketika Nabi Muhammad SAW memimpin dari sebuah kota. Islam adalah agama yang tumbuh besar di kota dan di kota itulah peradaban Islam dibangun,” lanjutnya, menekankan pentingnya peran kota sebagai wadah peradaban.

Ia juga menyinggung peran Khalifah Umar bin Khattab yang melakukan reformasi agraria di masa paceklik. Umar membagikan tanah telantar kepada rakyat yang bersedia menggarapnya. Ini adalah contoh nyata rekayasa struktural untuk mencapai keadilan.

“Bila ada tanah lebih dari tiga tahun tidak dikelola, ambil alih dan berikan kepada yang mau mengerjakan,” tegas Anies, mengutip prinsip yang dipegang Khalifah Umar.

Kontribusi Kita untuk Keadilan Sosial

Anies kemudian mengajak jemaah untuk merenung dan bertanya pada diri sendiri: “Apa yang siap kita kurbankan untuk menghadirkan keadilan?” Pertanyaan ini mendorong introspeksi tentang peran masing-masing individu.

Kurban tidak melulu soal materi, tapi juga tentang peran kita. Bagi para pemimpin, kurban berarti berani mengambil kebijakan yang adil.

Untuk mereka yang berkecukupan, bisa jadi investasi sosial. Sedangkan bagi masyarakat biasa, kurban dapat berupa waktu dan keahlian yang disumbangkan.

Anies juga mengutip pemikiran Ibnu Khaldun dalam kitabnya Muqaddimah. Menurut Ibnu Khaldun, ketidakadilan adalah sebab utama runtuhnya peradaban. Bukan karena serangan dari luar, melainkan karena ketimpangan internal yang tidak ditangani dengan serius.

Ia menegaskan pentingnya membangun kota yang adil, di mana setiap warga memiliki akses setara terhadap pendidikan, kesehatan, dan ruang publik. Selain itu, keadilan ekonomi juga harus merata bagi semua golongan, termasuk pelaku UMKM dan pekerja informal.

“Prinsipnya, membesarkan yang kecil tanpa mengecilkan yang besar. Ini semua hanya mungkin bila pemimpin dan warganya berjalan seiring,” kata eks Gubernur DKI Jakarta tersebut, menekankan kolaborasi.

Ketakwaan: Fondasi Keadilan Sosial

Menutup khotbahnya, Anies mengingatkan bahwa yang sampai kepada Allah bukanlah daging kurban itu sendiri, melainkan ketakwaan. Ketakwaan ini bukan hanya dalam bentuk ritual semata, tetapi juga dalam bentuk kepekaan sosial.

“Ketakwaan yang menimbulkan kesadaran bahwa kita tidak bisa khusyuk Salat Subuh sementara kita tahu tetangga kita semalam tidur kelaparan,” pungkasnya, menyampaikan pesan yang mendalam tentang pentingnya empati dan tindakan nyata.

Ringkasan

NEWS TANGERANG– Anies Baswedan menyampaikan khotbah Idul Adha 1446 H di Masjid Agung Al-Azhar dengan tema “Kurban, Kota, dan Agenda Keadilan.” Ia menjelaskan bahwa kurban melampaui ritual penyembelihan, melainkan tentang keberanian berkorban demi tegaknya keadilan sosial. Anies menyoroti kontras antara kesetaraan di Tanah Suci dan ketimpangan ekonomi yang mencolok di kota-kota besar.

Khotbah tersebut mengajak jemaah belajar dari sejarah Islam yang membangun peradaban melalui penataan kota yang adil, seperti Khalifah Umar yang melakukan reformasi agraria. Anies menekankan bahwa keadilan adalah fondasi peradaban dan ketidakadilan dapat menyebabkan keruntuhan. Ia menyerukan setiap individu untuk berkurban, baik melalui kebijakan adil, investasi sosial, maupun sumbangan waktu dan keahlian, demi mewujudkan kota yang adil dengan akses setara bagi semua warga.

Penulis: Santika Reja

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: Juni 7, 2025

Kamu mungkin juga suka ini!