Seedbacklink affiliate

Bikin Kaget! Produksi Komponen Mobil Indonesia ‘Ngap-ngapan’, Thailand Jauh di Depan! Gara-gara Mobil Listrik Impor?

Ilustrasi Homer Simpson dengan ekspresi terkejut atau menyesal, bertuliskan "D'OH!".
Industri komponen otomotif Indonesia "D'OH!", kalah saing dari Thailand?
banner 120x600

NEWS TANGERANG– Siapa sangka, di tengah ramainya jalanan Indonesia dengan berbagai jenis mobil, industri komponen otomotif kita ternyata lagi "ngap-ngapan". Penjualan mobil yang sempat menurun drastis di Tanah Air, punya efek domino langsung ke produksi suku cadang kendaraan bermotor lokal. Ironisnya, kalau dibandingkan sama Thailand, kita masih ketinggalan jauh banget!

Rachmat Basuki, Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM), buka-bukaan soal fakta ini. Menurutnya, tahun lalu produksi komponen di Indonesia cuma menyentuh angka 1,1 jutaan unit. Angka ini jelas kalah telak dibanding Thailand yang berhasil memproduksi 1,4 jutaan unit.

Industri Komponen Otomotif: Indonesia vs. Thailand, Siapa Unggul?

Meski produksi kita kalah jauh, ada satu hal yang bikin sedikit lega: penjualan komponen di pasar domestik Indonesia masih lebih baik. Rachmat Basuki menjelaskan, "Kalau sales, Thailand tahun lalu capai 572 ribuan, sedangkan Indonesia 865 ribuan." Ini menunjukkan pasar dalam negeri kita sebenarnya sangat besar dan potensial.

Tapi, angka penjualan yang tinggi itu belum tentu jadi indikator positif sepenuhnya. Bisa jadi, tingginya penjualan komponen di Indonesia justru didominasi oleh produk impor atau komponen yang kurang kompleks. Ini PR besar bagi industri lokal untuk bisa memenuhi kebutuhan pasar yang besar ini dengan produk buatan sendiri.

Angka Bicara: Jomplangnya Produksi & Jumlah Supplier

Perbedaan angka produksi ini bukan cuma terjadi setahun terakhir, lho. Kalau dilihat rata-rata 10 tahunan, produksi komponen kendaraan bermotor di Thailand selalu di atas 2 jutaan unit. Sementara itu, Indonesia hanya mampu mencapai sekitar 1,2 juta unit saja. Jomplang banget, kan?

Perbedaan ini makin jelas kalau kita lihat jumlah pemasok atau supplier komponen di kedua negara. Thailand punya sekitar 2.800 supplier komponen, sedangkan Indonesia hanya punya 1.550 supplier. Jumlah supplier yang lebih banyak ini menunjukkan ekosistem industri di Thailand jauh lebih matang dan beragam.

Banyaknya supplier di Thailand berarti mereka punya rantai pasok yang lebih kuat, spesialisasi yang lebih mendalam, dan daya saing yang lebih tinggi. Ini memungkinkan mereka memproduksi berbagai jenis komponen dengan volume besar dan kualitas yang konsisten, baik untuk pasar domestik maupun ekspor.

Ancaman dari Mobil Listrik Impor: Dilema TKDN

Situasi pasar otomotif Indonesia belakangan ini memang kurang ‘menguntungkan’ bagi industri komponen lokal. Salah satu biang keroknya adalah kemudahan masuknya mobil listrik CBU (Completely Built Up) atau impor utuh ke Tanah Air. Ini jadi pukulan telak bagi produsen komponen lokal.

Kenapa begitu? Karena mobil listrik impor utuh ini otomatis tidak membutuhkan komponen dari dalam negeri. Mereka datang sudah jadi, lengkap dengan semua suku cadangnya. Alhasil, pabrikan komponen lokal jadi gigit jari karena tidak ada pesanan.

Rachmat Basuki bahkan menyebutkan, "Kontribusi emosi (mobil listrik impor) ada, tapi kalau ekonomi belum ada." Maksudnya, kehadiran mobil listrik memang membangkitkan semangat dan harapan akan masa depan otomototif yang lebih hijau, tapi secara ekonomi, belum memberikan dampak positif signifikan bagi industri komponen lokal.

Padahal, ada aturan main yang harusnya dipatuhi. Menurut aturan, mobil listrik yang sebelumnya diimpor, tahun depan harus diproduksi dengan lokal konten minimal 40 persen. Ini tujuannya bagus, untuk mendorong investasi dan penyerapan komponen lokal.

Namun, di sinilah letak dilemanya. "Tapi kalau kita lihat, TKDN 40 persen, assembling aja 30 persen. Jadi, lokal content-nya apa ini?" kata Rachmat Basuki dengan nada prihatin. Ia menambahkan, "Nah itu juga mesti ditelisik lah, sementara yang lain kalau TKDN harus part-nya bener-bener dilokalin."

Ini jadi pertanyaan besar: apakah angka 40 persen TKDN itu benar-benar mencerminkan penggunaan komponen lokal yang substansial, atau hanya didominasi oleh biaya perakitan saja? Jika hanya perakitan, artinya industri komponen lokal masih belum banyak terlibat. Pemerintah perlu menelisik lebih dalam agar kebijakan TKDN ini benar-benar efektif mendorong pertumbuhan industri komponen dalam negeri.

Potret Industri Komponen ASEAN: Data Lengkapnya

Agar lebih jelas, yuk kita intip catatan produksi dan penjualan komponen kendaraan di beberapa negara ASEAN:

1. Thailand

  • Produksi: 1,4 juta unit
  • Sales: 570 ribu unit
    Thailand jelas menjadi raja produksi di kawasan ini. Angka produksinya yang tinggi menunjukkan kapasitas manufaktur yang kuat, kemungkinan besar didukung oleh basis ekspor yang besar. Meski penjualannya di domestik lebih rendah dari Indonesia, ini bisa jadi indikasi bahwa sebagian besar produksinya ditujukan untuk pasar global.

2. Indonesia

  • Produksi: 1,1 juta unit
  • Sales: 865 ribu unit
    Indonesia punya pasar domestik yang sangat besar, terlihat dari angka penjualan yang tinggi. Namun, produksi yang masih di bawah Thailand menunjukkan bahwa kita masih punya ruang besar untuk meningkatkan kapasitas manufaktur dan mengurangi ketergantungan pada impor komponen.

3. Malaysia

  • Produksi: 790 ribu unit
  • Sales: 816 ribu unit
    Malaysia menunjukkan angka produksi dan penjualan yang relatif seimbang. Ini bisa jadi cerminan pasar domestik yang stabil dan industri yang cukup mandiri, meskipun skalanya lebih kecil dibandingkan Indonesia dan Thailand.

4. Filipina

  • Produksi: 126 ribu unit
  • Sales: 468 ribu unit
    Filipina memiliki produksi yang jauh lebih rendah dibandingkan penjualannya. Ini mengindikasikan ketergantungan yang sangat tinggi pada impor komponen atau kendaraan jadi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestiknya.

5. Vietnam

  • Produksi: 175 ribu unit
  • Sales: 337 ribu unit
    Sama seperti Filipina, Vietnam juga menunjukkan gap yang signifikan antara produksi dan penjualan. Ini menandakan bahwa industri komponen otomotif di Vietnam masih dalam tahap pengembangan dan sangat bergantung pada pasokan dari luar negeri.

Dari data ini, terlihat jelas bahwa Thailand memimpin jauh dalam hal kapasitas produksi komponen otomotif di ASEAN. Indonesia, dengan pasar domestik yang besar, punya potensi untuk mengejar ketertinggalan, asalkan ada strategi dan kebijakan yang tepat.

Masa Depan Industri Komponen Indonesia: Tantangan dan Harapan

Situasi ini jelas menjadi tantangan besar bagi industri komponen otomotif Indonesia. Bagaimana kita bisa bersaing jika kapasitas produksi dan jumlah supplier masih jauh di bawah tetangga? Apalagi dengan gempuran mobil listrik impor yang semakin mudah masuk.

Pemerintah dan pelaku industri harus duduk bersama mencari solusi. Salah satu kuncinya adalah memperjelas dan memperketat aturan TKDN. Angka 40% TKDN untuk mobil listrik harus benar-benar diisi dengan komponen lokal yang diproduksi di Indonesia, bukan hanya biaya perakitan. Ini akan mendorong investasi di pabrik komponen, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kapabilitas teknologi kita.

Selain itu, perlu ada insentif yang menarik bagi produsen komponen lokal untuk berinvestasi dalam riset dan pengembangan. Kita harus bisa menciptakan komponen-komponen berteknologi tinggi yang dibutuhkan oleh mobil listrik, agar tidak hanya menjadi pasar, tapi juga pemain kunci dalam rantai pasok global.

Mengapa Ini Penting untuk Kita?

Mungkin sebagian dari kita bertanya, "Kenapa sih ini penting buat saya?" Jawabannya sederhana: industri otomotif, termasuk komponennya, adalah salah satu pilar ekonomi yang menyerap banyak tenaga kerja dan mendorong inovasi. Jika industri komponen kita lesu, dampaknya bisa ke mana-mana: mulai dari kurangnya lapangan kerja, ketergantungan pada produk impor, hingga lambatnya perkembangan teknologi di dalam negeri.

Jadi, ketika kita bicara soal produksi komponen mobil yang ‘ngap-ngapan’ ini, kita sebenarnya sedang bicara tentang masa depan ekonomi dan kemandirian bangsa. Indonesia punya potensi pasar yang besar, tinggal bagaimana kita mengoptimalkan potensi itu agar tidak hanya menjadi konsumen, tapi juga produsen yang disegani di kancah global.

Tantangan di depan memang tidak mudah, terutama dengan pergeseran ke era mobil listrik. Namun, dengan kebijakan yang tepat, dukungan penuh dari pemerintah, dan semangat inovasi dari pelaku industri, bukan tidak mungkin Indonesia bisa mengejar ketertinggalan dan menjadi pemain kunci dalam industri komponen otomotif di masa depan. Mari kita berharap ada langkah konkret yang bisa membawa industri komponen kita bangkit dan bersaing di level tertinggi!

Penulis: Farah Novianti

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: September 27, 2025

Promo Akad Nikah Makeup