160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

The Phoenician Scheme, Dark Comedy Wes Anderson yang Unik

NEWS TANGERANG– “Ini adalah kecelakaan pesawat keenam Korda yang tercatat,” begitu narator memulai kisahnya. Adegan dibuka dengan seorang pebisnis yang asyik membaca buku biologi di dalam pesawat sewaan.

Di belakangnya, sekretaris setia sang pebisnis sibuk menjaga barang dan dokumen berharga. Tiba-tiba, sebuah bom meledak di bangku belakang, merenggut nyawa sang sekretaris dan membuat pesawat oleng tak terkendali.

Pebisnis ini ternyata bukan sosok biasa. Ia adalah Korda, diperankan oleh Benedicio el Toro, seorang tokoh yang dikenal licin dan licik. Insiden ini adalah percobaan pembunuhan kesekian kalinya terhadap dirinya.

Kisah hidup Korda yang penuh intrik bersama keluarganya, termasuk sang istri Zsa-zsa Korda, terangkum apik dalam film berjudul The Phoenician Scheme.

Ajaibnya, meski pesawat hancur berkeping, Korda berhasil selamat dari maut. Ia bahkan sempat “masuk” alam kematian, namun entah mengapa, kesempatan hidup kedua masih diberikan kepadanya.

Menyadari bahwa hidupnya mungkin tak lama lagi, Korda segera memanggil puterinya, Liesl, yang diperankan oleh Mia Threapleton. Liesl yang berencana menjadi biarawati ini ia persiapkan sebagai calon ahli warisnya.

Liesl memiliki kepribadian yang sangat bertolak belakang dengan ayahnya. Ia adalah sosok yang alim dan merasa muak mendengar segala hal buruk tentang bisnis Korda.

Awalnya, Liesl sama sekali tidak tertarik untuk mewarisi kerajaan bisnis keluarganya. Namun, ia datang karena diliputi rasa penasaran mendalam tentang pembunuh ibunya.

Korda, dengan kelihaiannya, menjanjikan akan mengungkapkan identitas terduga pelaku jika puterinya bersedia menandatangani dokumen ahli waris. Sebuah tawaran yang sulit ditolak.

Musuh Korda ternyata begitu banyak, bahkan melibatkan pemerintah dari berbagai negara. Mereka bersekongkol untuk menjatuhkan bisnis Korda hingga bangkrut.

Korda, yang masih memiliki proyek ambisius bernama Phoenicia, berusaha keras membujuk para investornya agar menyetujui skema investasinya. Ia pun mengajak Liesl serta tutor biologi sekaligus sekretarisnya, Björn, yang diperankan oleh Michael Cera.

Sayangnya, ancaman pembunuhan terhadap Korda terus berdatangan, menambah ketegangan dalam perjalanan mereka.

Dark Comedy yang Memikat

Wes Anderson kembali menunjukkan kepiawaiannya sebagai sutradara, penulis skenario, dan produser dalam film ini. Ia berkolaborasi lagi dengan Roman Coppola dalam mengembangkan cerita yang unik.

Anderson juga sukses menggandeng jajaran aktor dan aktris langganannya. Sebut saja Tom Hanks, Mathieu Amalric, Jeffrey Wright, Scarlett Johansson, Benedict Cumberbatch, Rupert Friend, Bill Murray, dan Willem Dafoe.

Tak heran jika Anda sering melihat nama-nama ini di film-film Wes Anderson lainnya. Bill Murray dan Willem Dafoe bahkan muncul di film ini sebagai sosok-sosok yang mengadili roh di alam kematian, memutuskan nasib apakah mereka akan masuk neraka atau surga.

Bagi para penggemar film auteur karya Wes Anderson, gaya visualnya pasti sudah sangat familiar. Ciri khas seperti komposisi simetri, palet warna tertentu, dan penggunaan narasi serta perbabakan sangat kental di sini.

Tak lupa, ia juga mengangkat tema favoritnya tentang keluarga disfungsional dan hubungan cinta yang tidak biasa. Fenomena “ala-ala Wes Anderson” bahkan sempat populer di media sosial beberapa waktu lalu, membuktikan betapa kuat pengaruh gayanya.

Dalam The Phoenician Scheme, Wes Anderson tetap setia pada gaya khasnya. Hasilnya, visual film ini benar-benar memanjakan mata, membuat penonton betah berlama-lama menyaksikannya.

Film ini juga menampilkan beberapa transisi menarik antara dunia nyata dan alam kematian yang dialami Korda. Anderson menggunakan warna-warna natural untuk menggambarkan dunia nyata, sementara adegan pengadilan di alam kematian disajikan dengan indah dalam format hitam putih.

Dari segi cerita, kisah keluarga Korda dengan sepuluh anak dari tiga istri ini sungguh menggelitik. Cara Korda meyakinkan para investor, serta kejadian-kejadian tak terduga yang di luar skenarionya, benar-benar tak tertebak.

Begitu pula dengan cara ia berkomunikasi dengan Liesl, putrinya, yang terasa tidak lazim. Ada semacam perdebatan antara sosok “setan” yang jail dan cerdik (Korda) dengan “malaikat” yang alim dan tegas (Liesl).

Karakter-karakter dalam film ini, termasuk Björn dan para investor, secara rata-rata memang ditampilkan secara komikal. Björn sendiri menjadi penengah yang lucu di antara Korda dan Liesl.

Penyelesaian ceritanya juga mengikuti gaya khas Wes Anderson. Ada sentuhan twist dan kejutan yang dijamin akan membuat penonton tergelak.

Meskipun melibatkan perhitungan skema bisnis yang rumit, film ini sebenarnya tidak sulit untuk diikuti. Alurnya terasa ringan dan mengalir.

Sekilas, ceritanya memiliki kemiripan dengan film-film Wes Anderson sebelumnya, seperti The Royal Tenenbaums dan The French Dispatch of the Liberty, Kansas Evening Sun. Hanya saja latar belakang keluarga dan permasalahannya yang berbeda.

Para pemeran di film ini memberikan kontribusi yang signifikan. Terutama Benedicio el Toro sebagai Korda, Michael Cera sebagai Björn, dan Benedict Cumberbatch sebagai Nubar.

Gaya berpakaian Korda yang khas mungkin mengingatkan pada salah satu pemimpin di Libya. Namun, ternyata Wes Anderson terinspirasi dari sosok Calouste Gulbenkian, pengusaha minyak asal Armenia, untuk karakter Korda ini.

Sebagai penikmat karya Wes Anderson, saya pribadi tetap sangat menikmati film ini. Lelucon dan satir ala Anderson berhasil menciptakan perasaan kompleks yang sulit dilupakan selama menontonnya.

The Phoenician Scheme adalah sebuah film auteur yang kental dengan unsur dark comedy. Gaya visual dan penceritaan Wes Anderson tetap kental dan tak jauh berbeda dari film-film sebelumnya, namun dengan bumbu transisi visual hitam putih yang memberikan pengalaman sinematik yang unik dan segar. Skor: 8/10.

Ringkasan

Film “The Phoenician Scheme” karya Wes Anderson berpusat pada Korda, seorang pebisnis licik yang berkali-kali selamat dari percobaan pembunuhan, termasuk ledakan pesawat. Ia berusaha menjadikan putrinya, Liesl, yang memiliki kepribadian bertolak belakang, sebagai ahli waris sembari mencari pembunuh ibunya. Korda menghadapi banyak musuh, termasuk pemerintah berbagai negara, dalam upayanya membujuk investor untuk proyek ambisiusnya, Phoenicia.

Sebagai dark comedy, film ini sangat kental dengan gaya visual khas Wes Anderson seperti komposisi simetris, palet warna unik, dan transisi menarik antara dunia nyata dan alam kematian yang disajikan hitam putih. Anderson kembali berkolaborasi dengan jajaran aktor langganannya dan mengangkat tema keluarga disfungsional dengan dinamika karakter yang komikal. Alur cerita yang ringan dan mengalir, meski melibatkan skema bisnis rumit, diakhiri dengan twist khas Anderson.

Penulis: Santika Reja

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: Juni 13, 2025

Kamu mungkin juga suka ini!