160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Trump Panik! Iran Ancam Selat Hormuz, Harga Minyak Naik?

NEWS TANGERANG– Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini menyerukan agar pengeboran minyak di negaranya dilakukan secara besar-besaran, dan itu harus terjadi sekarang juga. Seruan mendesak ini ia sampaikan melalui akun pribadinya di platform Truth Social pada Senin (23/6) malam waktu Indonesia.

Dalam pesannya yang tegas, Trump meminta langsung kepada Departemen Energi AS: “NGEBOR, AYO NGEBOR!!! SEKARANG JUGA!!!”

Seruan ini muncul di tengah bayang-bayang ancaman Iran yang berencana menutup Selat Hormuz. Jalur maritim ini merupakan urat nadi vital bagi perdagangan minyak dunia. Banyak negara eksportir dan importir bergantung pada selat ini untuk mengirimkan komoditas berharga mereka.

Menurut data dari Badan Informasi Energi AS (EIA), lebih dari 20 persen konsumsi minyak harian dunia, atau sekitar 18 hingga 20 juta barel per hari, melintasi Selat Hormuz.

Negara-negara anggota OPEC seperti Arab Saudi dan Iran sangat mengandalkan selat ini untuk mengekspor sebagian besar minyak mentah mereka. Bahkan, Qatar, eksportir gas alam cair (LNG) terbesar di dunia, mengirimkan hampir seluruh volumenya melalui jalur yang sama.

Sebelumnya, Trump juga sempat menyuarakan imbauan agar semua pihak menjaga stabilitas harga minyak mentah. Pasalnya, komoditas ini telah melonjak drastis, bahkan mencapai level tertinggi, setelah AS bersama Israel melancarkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir Iran pada Minggu (22/6).

“SEMUA PIHAK, JAGA HARGA MINYAK TETAP RENDAH. SAYA MENGAWASI! KALIAN SEDANG BERMAIN SESUAI SKENARIO MUSUH. JANGAN LAKUKAN ITU!” tegas Trump dalam cuitannya.

Melansir Reuters pada Senin (23/6) pagi, harga minyak mentah langsung merespons tajam setelah kabar serangan AS-Israel ke Iran. Minyak mentah jenis Brent naik USD 1,88 atau 2,44 persen, mencapai USD 78,89 per barel pada pukul 11.22 GMT.

Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga melonjak USD 1,87 atau 2,53 persen, menjadi USD 75,71 per barel.

Kedua kontrak minyak ini sempat melonjak lebih dari 3 persen di awal sesi perdagangan, dengan Brent mencapai USD 81,40 dan WTI menyentuh USD 78,40. Angka ini merupakan yang tertinggi dalam lima bulan terakhir, sebelum akhirnya sedikit menurun.

Sejak konflik dimulai pada 13 Juni, harga Brent telah naik sekitar 13 persen, sedangkan WTI naik sekitar 10 persen. Proyeksi menunjukkan, harga minyak mentah dunia ini berpotensi terus meroket hingga USD 130 per barel, terutama jika perang berlarut-larut dan Iran benar-benar merealisasikan ancamannya untuk menutup Selat Hormuz.

Ringkasan

Presiden Donald Trump mendesak pengeboran minyak besar-besaran di AS secara mendesak, menyerukan kepada Departemen Energi untuk melakukannya sekarang juga. Seruan ini muncul di tengah bayang-bayang ancaman Iran yang berencana menutup Selat Hormuz, jalur maritim vital yang dilintasi lebih dari 20 persen konsumsi minyak harian dunia. Banyak negara eksportir dan importir, termasuk anggota OPEC, sangat bergantung pada selat ini.

Harga minyak mentah langsung melonjak drastis setelah AS dan Israel menyerang fasilitas nuklir Iran. Minyak mentah Brent naik menjadi $78,89 per barel dan WTI menjadi $75,71 per barel, sempat mencapai level tertinggi dalam lima bulan terakhir. Diproyeksikan, harga minyak mentah dunia berpotensi terus meroket hingga $130 per barel jika konflik berlanjut dan Iran benar-benar merealisasikan ancaman penutupan Selat Hormuz.

Penulis: Santika Reja

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: Juni 24, 2025

Kamu mungkin juga suka ini!