
NEWS TANGERANG– Saat banyak orang mungkin memilih berlindung dari hujan, sebagian lainnya justru menemukan pesona tersendiri untuk berwisata. Kawasan Mangunan di Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, adalah salah satu destinasi yang justru makin bersinar di musim hujan.
Perbukitan dan hutan pinus di sini seolah bertransformasi total. Kabut tebal menyelimuti pepohonan, udara terasa jauh lebih segar, dan suasana pun berubah layaknya negeri dongeng.
Tak heran jika kini Mangunan justru menjadi magnet bagi wisatawan, terutama saat mendung menggantung di langit.
Menariknya, petugas setempat di Mangunan mencatat peningkatan kunjungan, terutama saat akhir pekan di musim hujan. Sebagai contoh, selama libur panjang Januari 2025, lebih dari 11.000 wisatawan datang ke Mangunan.
Sebagian besar dari mereka sengaja berburu kabut tebal di Hutan Pinus dan Kebun Buah. Fenomena alam ini memang jarang ditemui di musim kemarau, menjadikannya daya tarik tersendiri bagi para pencari suasana tenang dan spot foto unik.
Salah satu daya tarik utama adalah Hutan Pinus Mangunan. Di sini, kamu akan disambut jalur setapak beralaskan jarum pinus kering dan udara sejuk dari pepohonan tinggi yang menjulang.
Kabut yang menggantung di antara batang-batang pinus menciptakan pemandangan dramatis, seringkali menjadi viral di media sosial. Datanglah pagi hari, sekitar pukul 05.00 hingga 07.00.
Pada jam tersebut, kamu bisa menyaksikan kabut tebal berpadu dengan sinar matahari yang menembus celah pohon, menciptakan efek “god-rays” yang memukau. Suasana hening di sini dijamin bikin pikiranmu tenang.
Hutan Pinus Mangunan buka dari pukul 05.00 sampai 18.00 WIB, dengan tiket masuk yang sangat terjangkau, hanya Rp7.000 saja.
Bergeser sedikit, ada Kebun Buah Mangunan, ikon kawasan ini yang tak kalah memesona. Meski namanya kebun buah, daya tarik utamanya justru ada pada panorama dari atas tebing yang menghadap langsung ke lembah Sungai Oya.
Saat musim hujan, area ini sering diselimuti kabut tebal yang membentuk lautan awan menakjubkan. Waktu terbaik untuk datang adalah dini hari, sekitar pukul 05.00 hingga 06.00.
Pada jam itu, kabut sedang padat-padatnya dan matahari baru terbit, menciptakan pemandangan sungai yang meliuk di antara awan. Banyak yang menyebut pemandangan ini mirip dengan Sapa Valley di Vietnam.
Tak jauh dari Kebun Buah, hanya sekitar lima menit, kamu akan menemukan Bukit Panguk Kediwung yang menawarkan keindahan serupa.
Di sini, pemandangan lembah hijau yang luas membentang, dihiasi kabut dan pepohonan yang basah oleh hujan. Spot selfie favorit adalah perahu kayu raksasa yang seolah melayang di atas lautan kabut.
Datanglah sekitar pukul 05.30 hingga 06.30 pagi. Pada jam tersebut, kabut akan bergerak cepat, menciptakan siluet pepohonan yang sangat fotogenik. Lokasi ini jadi incaran para fotografer untuk efek dramatis alami.
Untuk suasana sore yang lebih santai, Puncak Becici bisa jadi pilihan. Meskipun populer untuk melihat matahari terbenam, musim hujan menawarkan pengalaman yang berbeda di sini.
Kabut yang turun menjelang sore akan menutupi Gunung Merapi di kejauhan, namun sinar senja yang tersisa akan memantul indah di balik tirai kabut.
Kombinasi ini menciptakan siluet pohon pinus yang dramatis dan romantis. Keindahan visualnya justru lebih intens saat basah dan berembun, meski jumlah pengunjung di musim hujan lebih sedikit.
Jadi, mengapa wisata Mangunan di musim hujan justru sangat direkomendasikan? Ada beberapa alasan kuat.
Pertama, suhu udara jauh lebih sejuk, bahkan bisa mencapai 18 derajat Celcius di pagi hari. Kedua, vegetasi tampak jauh lebih segar.
Daun-daun pinus dan semak-semak hijau pekat, batang pohon mengilap oleh embun, dan udara terasa sangat bersih karena polusi tersapu hujan. Balai Pengelolaan Hutan DIY bahkan mencatat peningkatan kualitas udara 20-30% di musim hujan.
Secara estetika, kabut memberikan efek sinematik, sering disebut fotografer sebagai “soft box alami”. Ini berarti, dengan kamera biasa pun, hasil fotomu di Mangunan bisa terlihat profesional.
Meskipun demikian, ada beberapa hal penting yang perlu kamu perhatikan saat berwisata di Mangunan saat musim hujan.
Pastikan kamu mengenakan jaket atau jas hujan ringan, serta sepatu yang tidak licin. Jangan lupa bawa perlengkapan anti-air untuk melindungi ponsel dan kameramu.
Jalanan menuju kawasan Dlingo cukup menanjak dan bisa licin saat hujan, jadi pastikan kendaraanmu, terutama rem dan ban sepeda motor, dalam kondisi prima sebelum berangkat.
Terakhir, meskipun banyak spot foto menarik, selalu utamakan keselamatan. Hindari melompati pagar atau naik ke gardu pandang yang mungkin licin.
Sebagai bagian dari pengembangan, pengelola kini fokus tidak hanya pada jumlah kunjungan, tetapi juga pada pengalaman wisata yang lebih mendalam.
Mereka mulai menawarkan paket seperti trekking malam dan workshop kopi robusta lokal. Tujuannya adalah agar wisatawan bisa tinggal lebih lama dan berinteraksi langsung dengan warga.
Menurut Dinas Pariwisata Bantul, strategi ini diharapkan mampu memperkuat ekonomi desa dan membuka peluang bagi UMKM setempat untuk berkembang.
Tertarik mencoba pengalaman wisata musim hujan di Mangunan? Berikut ini adalah inspirasi itinerary singkat 6 jam yang bisa kamu ikuti:
04.30: Berangkat dari Kota Yogyakarta.
05.30: Tiba di Kebun Buah Mangunan, nikmati momen sunrise dan lautan awan. Setelah itu, sempatkan ngopi di warung lokal sembari melihat kabut yang perlahan naik.
08.00: Lanjutkan sesi foto-foto di Bukit Panguk Kediwung.
Setelah itu: Relaksasi sejenak dengan hammock di Hutan Pinus Mangunan.
Terakhir: Nikmati makan siang dengan menu khas pecel pinus sebelum kembali pulang.
Pada akhirnya, Mangunan membuktikan bahwa keindahan tak selalu membutuhkan cuaca cerah. Justru di balik rintik hujan dan dinginnya kabut, tersimpan pengalaman visual dan emosional yang tak mudah terlupakan.
Wisata bukan lagi sekadar pelarian dari rutinitas, melainkan kesempatan untuk lebih dekat dengan alam, walau hanya sejenak. Jadi, mengapa harus menunggu langit cerah? Kadang, awan dan kabutlah yang justru menghadirkan keajaiban sejati.
Kawasan Mangunan di Bantul, Yogyakarta, menjadi destinasi wisata populer saat musim hujan karena menawarkan pemandangan berkabut tebal dan udara segar layaknya negeri dongeng. Fenomena ini menarik minat wisatawan, terbukti dari peningkatan kunjungan yang signifikan, terutama di akhir pekan. Daya tarik utamanya meliputi Hutan Pinus Mangunan dengan efek “god-rays” yang memukau di pagi hari, serta Kebun Buah Mangunan dan Bukit Panguk Kediwung yang menyajikan panorama “lautan awan” menakjubkan.
Wisata musim hujan di Mangunan direkomendasikan karena suhu yang lebih sejuk, vegetasi yang tampak segar, dan efek kabut yang menciptakan suasana sinematik untuk fotografi. Meskipun demikian, pengunjung disarankan memakai jaket atau jas hujan, sepatu tidak licin, dan memastikan kendaraan dalam kondisi prima mengingat jalanan yang menanjak dan licin. Pengelola juga kini berupaya meningkatkan pengalaman wisata untuk mendukung ekonomi lokal melalui berbagai penawaran seperti trekking malam dan workshop kopi robusta.
Penulis: Santika Reja
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: Juni 24, 2025